DK PBB Didesak Hentikan Pembantaian Tanpa Pandang Bulu di Gaza

Warga Jalur Gaza kembali dilanda ketakutan yang mendalam setelah serangan udara Israel yang gencar pada Selasa pagi. Tom Fletcher, kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa serangan tersebut mengakibatkan ratusan orang tewas, dan sekali lagi, warga Gaza harus hidup dalam ketakutan yang mengerikan. Fletcher menegaskan bahwa blokade kemanusiaan yang dikenakan oleh Israel, yang telah berlangsung sejak awal Maret, semakin memperburuk situasi.

Serangan udara terbaru ini menandai eskalasi konflik yang parah, terutama setelah sebelumnya terdapat gencatan senjata yang memberikan sedikit harapan bagi warga Gaza. Dalam periode tersebut, lebih dari 4.000 truk bantuan berhasil memasuki wilayah tersebut setiap pekan, menjangkau lebih dari dua juta orang, dan menyediakan sekitar 113.000 tenda bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal. Namun, saat ini, dengan kembali ke blokade total, kemampuan untuk memberikan bantuan dan layanan dasar menjadi semakin sulit.

Mencerminkan kepedihan yang dirasakan oleh rakyat Palestina, Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk PBB, menyampaikan bahwa warga Palestina kini “dibunuh tanpa pandang bulu”. Ia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas dalam menanggapi serangan yang tidak beralasan ini. Dalam pidatonya, Mansour mengatakan, “Ini tidak akan pernah bisa dibenarkan dan harus segera dihentikan,” menegaskan perlunya Dewan Keamanan untuk menggunakan kekuasaan mereka dan menghentikan tindakan kriminal ini, khususnya dalam konteks penyebaran bantuan pada bulan Ramadan.

Sementara itu, kecaman terhadap tindakan Israel terus bermunculan, dan banyak negara anggota Dewan Keamanan, kecuali Amerika Serikat, menyatakan keprihatinan terhadap serangan baru ini. Duta besar Aljazair, Amar Bendjama, menggambarkan situasi sebagai “hukuman kolektif” terhadap rakyat Gaza, di mana darah mereka menjadi alat kalkulasi politik, terutama di kalangan pemimpin Israel.

Meskipun banyak negara mengutuk serangan ini, penjabat duta besar AS, Dorothy Shea, menolak tuduhan bahwa tentara Israel melakukan serangan tanpa pandang bulu. Shea mengklaim bahwa serangan yang dilakukan Israel adalah terhadap posisi Hamas dan menambahkan bahwa kebangkitan permusuhan sepenuhnya dipicu oleh tindakan Hamas yang menolak untuk membebaskan sandera selama beberapa minggu terakhir.

Menurut laporan dari otoritas kesehatan Palestina, serangan udara Israel pada hari Selasa telah menewaskan sedikitnya 200 orang, dengan banyak di antara korban yang merupakan anak-anak. Serangan tersebut menyasar berbagai lokasi di Gaza, termasuk utara, Kota Gaza, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah. Militer Israel menyatakan bahwa mereka akan terus melanjutkan serangan ini selama diperlukan, dengan kemungkinan bahwa mereka dapat melanjutkan operasi darat.

Dalam konteks ini, masyarakat internasional kini menunggu tanggapan tegas dari Dewan Keamanan PBB. Rakyat Gaza, yang saat ini berada dalam kondisi keterdesakan, berharap agar dunia tidak tinggal diam terhadap apa yang mereka anggap sebagai pembantaian tanpa pandang bulu. Dengan situasi kemanusiaan yang semakin kritis, seruan untuk menghentikan kekerasan dan memberikan akses bantuan sangat mendesak, terutama dengan laporan mengenai banyaknya korban sipil yang mencerminkan kesedihan dan penderitaan tak berujung.

Dunia, yang menyaksikan kembali babak tragis ini, harus melihat lebih dalam dan bertindak sesuai tanggung jawabnya untuk melindungi setiap jiwa yang terancam dalam konflik berkepanjangan ini.

Berita Terkait

Back to top button