
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta berkomitmen untuk membuat pengelolaan sampah terpadu di Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan menjadi lebih ramah lingkungan. Dalam usaha ini, keterlibatan masyarakat di sekitar lokasi menjadi fokus utama untuk memastikan pengelolaan sampah yang lebih baik serta mengurangi dampak negatif bagi komunitas.
Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengungkapkan bahwa pengoperasian RDF Rorotan dihentikan sementara. Penghentian ini bertujuan untuk mengoptimalkan segala aspek teknis, termasuk pengendalian bau dan emisi, sebelum dilakukan uji coba atau pengoperasian kembali. “Kami ingin memastikan bahwa ke depan pengelolaan RDF ini transparan dan melibatkan warga dalam setiap tahapannya. Tidak akan ada uji coba maupun operasional sebelum semua aspek teknis, terutama pengendalian bau dan emisi, benar-benar terselesaikan,” jelas Asep.
Keterlibatan warga sekitar dianggap krusial untuk keberhasilan pengelolaan sampah di Jakarta. Dalam hal ini, DLH DKI bekerjasama dengan pengelola RDF untuk menciptakan sinergi antara pemerintah, pengelola, dan masyarakat demi menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman. “Masukan dari warga akan ditampung untuk memastikan RDF Rorotan dikelola dengan baik demi kepentingan bersama,” imbuh Asep.
Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah bau menyengat yang dikeluhkan oleh warga. Asep menjelaskan bahwa bau tersebut disebabkan oleh penggunaan sampah lama dalam proses uji coba. RDF dirancang untuk mengolah sampah baru (fresh waste) dengan usia maksimal tiga hari. Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, DLH telah melakukan tindakan dengan mengosongkan bunker dan gudang dari residu yang berpotensi menimbulkan bau tidak sedap.
Untuk lebih mengendalikan bau, DLH DKI berencana untuk menambah penggunaan deodorizer di lokasi RDF. Selain itu, DLH juga akan menambahkan tiga Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) Mobile di berbagai lokasi, seperti Metland, Cakung Timur, dan Harapan Indah di Bekasi, serta Jakarta Garden City, guna pemantauan kualitas udara yang lebih komprehensif.
Aspek kesehatan masyarakat juga menjadi perhatian serius. Warga yang terdampak pasca-commissioning sebelumnya telah mendapatkan layanan kesehatan gratis. Menurut Asep, keadaan kesehatan mereka sudah membaik. Kepala Puskesmas Cakung Timur, Apriemi Simanjuntak, mengonfirmasi bahwa mereka telah memberikan layanan kesehatan kepada warga terdampak, termasuk dengan mengerahkan mobil Puskesmas Keliling di area RDF Rorotan. “Kami pantau kondisi kesehatan warga dan jika dibutuhkan, kami akan membuka posko kesehatan untuk memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan yang diperlukan,” kata Apriemi.
Upaya Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tidak hanya difokuskan pada solusi jangka pendek, tetapi juga berkomitmen untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan. Dengan melibatkan warga dan merespon keluhan mereka, DLH berharap dapat menciptakan proses yang lebih transparan dan efektif dalam mengelola sampah, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar RDF Rorotan.
Pendekatan baru ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi proyek pengelolaan sampah lainnya di Jakarta dan sekitarnya, serta memberikan dampak positif bagi lingkungan secara keseluruhan. Dalam konteks kota metropolitan seperti Jakarta, upaya seperti ini menjadi semakin penting untuk menangani masalah limbah dan polusi yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi.