Kesehatan

Dokter Anak: Sayur dan Buah Tak Boleh Dominasi Menu MPASI!

Jakarta – Dalam acara temu media yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita SpA(K) memberikan wawasan penting mengenai penyusunan menu Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk bayi. Beliau menegaskan bahwa sayur dan buah sebaiknya tidak mendominasi menu MPASI. Tsaran tersebut muncul dari temuan bahwa kedua jenis makanan ini mengandung zat anti-nutrisi yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting bagi tumbuh kembang anak.

Anti-nutrisi adalah senyawa yang dapat menghalangi tubuh dalam menyerap mikronutrien, seperti vitamin dan mineral. "Contoh dari anti-nutrisi adalah phytic acid, tannin, oxalic acid, dan goitrogen," jelas dr. Meta. Pengaruh substansi ini sangat terasa dalam perkembangan anak, terutama pada fase 1.000 hari pertama kehidupan, yang dikenal sebagai periode krusial bagi pertumbuhan otak anak.

Sumber makanan tertentu, seperti kubis, misalnya, mengandung goitrogen yang dapat menghambat penyerapan yodium. Sedangkan bayam diketahui memiliki oxalic acid yang menghalangi penyerapan kalsium. Dr. Meta menekankan pentingnya memberikan protein hewani sebagai prioritas dalam menu MPASI, karena sumber protein ini kaya akan zat besi yang penting untuk kecerdasan anak.

Untuk memberikan gambaran yang lebih baik, berikut adalah beberapa poin penting mengenai penyusunan menu MPASI sesuai saran dari dr. Meta:

  1. Perkenalan Sayur dan Buah: Penyajian sayur dan buah dalam MPASI sebaiknya dilakukan sebagai perkenalan, bukan sebagai bahan utama. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa dengan rasa tanpa memaksakan sayur dan buah sebagai bagian dominan dari makanan mereka.

  2. Pentingnya Protein Hewani: Protein hewani adalah komponen krusial yang membantu perkembangan otak. Nutrisi ini memiliki sifat yang mendukung penyerapan zat besi, yang berperan besar dalam perkembangan kognitif anak.

  3. Dampak Jangka Panjang Malnutrisi: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami malnutrisi memiliki IQ yang lebih rendah. Mereka cenderung mendapatkan nilai yang buruk di sekolah dan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melanjutkan pendidikan. “Pertumbuhan otak yang buruk di awal kehidupan dapat berpengaruh hingga masa dewasa,” tambah dr. Meta.

  4. Fase 1.000 Hari Pertama: Menjaga asupan gizi yang tepat pada fase ini sangat berperan dalam perkembangan fisik dan mental anak. Gizi yang seimbang akan mendukung pertumbuhan yang sehat dan optimal.

  5. Konsultasi dengan Ahli Gizi Anak: Orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi guna mendapatkan panduan yang tepat dalam menyusun menu MPASI yang seimbang bagi anak.

  6. Variasi dalam Makanan: Penting untuk memberikan variasi dalam makanan anak agar mereka mendapatkan berbagai macam nutrisi. Mencampurkan protein hewani dengan sayur dan buah bisa jadi strategi yang baik.

Pemberian MPASI yang tepat tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi anak, tetapi juga dapat membentuk kebiasaan makan yang baik dikemudian hari. Dr. Meta mengingatkan bahwa orang tua harus selalu memprioritaskan nutrisi yang sesuai agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi panduan bagi para orang tua dalam menyusun menu MPASI. Dengan memperhatikan keseimbangan gizi, termasuk memastikan kecukupan protein hewani dan menghindari dominasi sayur dan buah, diharapkan anak-anak dapat meraih potensi terbaik mereka sejak dini.

Dina Anggraini

Dina Anggraini adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button