Pada 21 Januari 2025, Presiden Donald Trump membuat sebuah pernyataan ambisius dalam pidato pelantikannya. Ia bersumpah untuk mengantarkan manusia ke Mars sebelum akhir masa jabatannya, sebuah mimpi yang telah lama dianggap sebagai langkah selanjutnya setelah misi ke Bulan pada tahun 1970-an. Namun, mengirimkan manusia ke planet merah ini tidaklah mudah dan menghadapi berbagai tantangan baik dari segi teknologi maupun kondisi lingkungan Mars yang keras.
Mars, meskipun menjadi planet terdekat dengan Bumi, menyimpan banyak rintangan bagi misi eksplorasi manusia. Jarak perjalanan ke Mars saat ini memerlukan waktu sekitar sembilan bulan. Lebih jauh, atmosfer Mars memiliki komposisi yang sangat berbeda dari Bumi; 95% terdiri dari karbon dioksida dengan suhu ekstrem, mencapai -140°C. Gravitasi di Mars juga hanya sepertiga dari Bumi, menjadikannya lingkungan yang sama sekali tidak ramah bagi kehidupan manusia.
Selain tantangan lingkungan, misi ke Mars juga harus mempertimbangkan kebutuhan dasar astronot, seperti makanan, air, oksigen, dan perlindungan dari radiasi. Perjalanan panjang yang dapat berlangsung dua hingga tiga tahun ini memerlukan perencanaan dan teknologi yang mumpuni untuk memastikan keberlangsungan hidup para astronot. Sejumlah studi simulasi, seperti Mars 500 yang dilaksanakan di Rusia antara 2007 dan 2011, menunjukkan bahwa tantangan psikologis akibat isolasi dan stres merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan.
Salah satu terobosan signifikan yang sedang dikembangkan adalah Starship oleh SpaceX. Elon Musk, pendiri SpaceX, mengungkapkan bahwa Starship dirancang khusus untuk mengangkut manusia ke Mars dengan kemampuan untuk membawa bahan bakar yang cukup untuk perjalanan kembali. Teknologi yang sedang dikerjakan ini mencakup produksi bahan bakar metana dan oksigen di permukaan Mars menggunakan karbon dioksida dari atmosfernya, sebuah inovasi yang diharapkan dapat memperlancar misi ke planet tersebut.
Namun, para ahli juga berpendapat bahwa sebelum manusia benar-benar dikirim ke Mars, perlu ada uji coba teknologi yang komprehensif, termasuk pendaratan kendaraan tanpa awak serta produksi bahan bakar di Mars. Robert Zubrin, presiden Mars Society, menekankan pentingnya langkah-langkah ini untuk memastikan keselamatan dan kelayakan misi.
Dari perspektif jangka panjang, kemungkinan manusia mendarat di Mars sangat bergantung pada kemajuan teknologi dan dukungan politik global. Sebagaimana dinyatakan oleh Martin Redfern dari BBC Earth, dengan dukungan yang tepat, manusia bisa menjelajahi Mars dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun ke depan. Namun, para ahli juga mengingatkan bahwa misi ini tidak hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga memerlukan kesiapan manusia untuk menghadapi tantangan fisik dan mental yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Teknologi saat ini belum sepenuhnya mendukung misi manusia ke Mars, namun inisiatif besar telah diambil oleh berbagai organisasi seperti NASA dan SpaceX. Pengembangan lebih lanjut dalam teknologi dan dukungan politis serta finansial sangat menentukan apakah mimpi untuk melihat manusia menginjakkan kaki di planet merah akan terwujud. Seperti yang dinyatakan oleh Musk, “Mars adalah sesuatu yang bisa kita capai dalam hidup kita.”
Mimpi ini menggugah imajinasi umat manusia, dan meskipun begitu banyak tantangan yang dihadapi, langkah-langkah menuju pendaratan manusia di Mars menjadi sorotan yang patut diperhatikan oleh seluruh dunia di era eksplorasi luar angkasa ini.