![Drone Emprit Ungkap Isu Kebocoran Data BCA: Bot Terlibat?](https://podme.id/wp-content/uploads/2025/02/Drone-Emprit-Ungkap-Isu-Kebocoran-Data-BCA-Bot-Terlibat.png)
Isu kebocoran data nasabah Bank Central Asia (BCA) menjadi topik hangat di media sosial belakangan ini, memicu munculnya tagar #BCARansomware. Namun, analisis yang dilakukan oleh Drone Emprit menunjukkan adanya keterlibatan banyak akun bot dalam percakapan tersebut, yang mengindikasikan bahwa situasi ini adalah hasil dari kampanye terkoordinasi.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, menjelaskan bahwa timnya menggunakan alat analisis maju, Droneupgrade, untuk menangkap percakapan di Twitter. Dari hasil analisis, mereka menemukan lebih dari 1.200 akun yang terlibat dalam diskusi tentang kebocoran data BCA. “Lebih dari 70% akun yang berpartisipasi memiliki kurang dari 100 follower,” ungkap Ismail, menandakan potensi adanya upaya pengorganisasian dalam kampanye ini. Meskipun banyak akun tersebut terlihat mencurigakan, Ismail menegaskan bahwa timnya tidak menganalisis motif di balik kampanye ini. Dia hanya mengumpulkan data untuk melihat koordinasi dalam percakapan yang terjadi.
Sementara publik mulai meragukan kebenaran isu kebocoran data tersebut, BCA dengan tegas membantah laporan dari seorang peretas anonim bernama Bjorka. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, menegaskan bahwa data nasabah tetap aman. “Kami memastikan bahwa data nasabah tetap aman,” katanya dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Podme. Hera juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap modus penipuan yang mungkin mengatasnamakan pihak bank.
Kekhawatiran akan kebocoran data membawa perhatian terhadap kevalidan informasi yang beredar di media sosial. Ismail Fahmi dari Drone Emprit juga mengingatkan pentingnya bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam menanggapi informasi yang beredar. Dia menyatakan bahwa dengan banyaknya akun dengan follower rendah yang terlibat dalam tagar itu, publik harus berhati-hati dan memverifikasi sumber-sumber yang ada.
Pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya dari Vaksincom, turut meragukan bahwa sistem BCA telah dibobol oleh peretas ransomware, sebagaimana yang disebutkan oleh Bjorka. Dia menjelaskan bahwa jika memang terjadi serangan ransomware, sistem dan data harusnya mengalami enkripsi. “Andaikan data di-backup dan berhasil dipulihkan, akan terlihat gangguan operasional,” tutur Alfons, menekankan bahwa saat ini tidak ada gejala yang menunjukkan adanya gangguan operasional di BCA.
Sementara skeptisisme terhadap klaim Bjorka meningkat, ia bereaksi dengan ancaman akan membocorkan data dari bank lain, termasuk BNI, Bank Mandiri, BSI, dan bahkan Bank Indonesia (BI). Melalui akun X-nya, Bjorka menyatakan, “Anda bilang tidak benar? Oke, tunggu saja apa yang akan terjadi! Kami sudah bilang keamanan harus diperketat.” Ancaman ini semakin menambah ketegangan di kalangan nasabah dan pihak bank.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian seperti ini, penting bagi masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang beredar. Selain memperhatikan pernyataan resmi dari pihak bank, masyarakat juga diimbau untuk selalu memeriksa dan memverifikasi fakta sebelum mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima. Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua untuk lebih berhati-hati dalam menyaring informasi dan memahami konteks yang lebih besar di balik setiap isu yang muncul.