Tingalan Jumenengan, prosesi kenaikan tahta KGPAA Mangkunegara X, yang menjadi tradisi tahunan di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, akan digelar dalam waktu yang lebih singkat tahun ini. Acara tersebut dijadwalkan berlangsung pada hari Jumat, dengan durasi yang dipersingkat dari 09.00 hingga 11.30 WIB. Ketua Pelaksana Tingalan Jumenengan, GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo, menyatakan bahwa perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan hari pelaksanaannya tanpa mengurangi keagungan dan kekhidmatan dari acara tersebut.
Gelaran Tingalan Jumenengan adalah bagian penting dari tradisi budaya yang kaya di Solo, dan pelaksanaannya ditandai oleh berbagai rangkaian acara. Ancillasura menggarisbawahi bahwa meskipun durasi acara berkurang, semua elemen prosesi akan tetap dipertahankan seperti tahun-tahun sebelumnya. “Hanya mungkin yang lebih dipercepat saat dhaharan (makan),” ujarnya, menunjukkan bahwa meski ada perubahan, esensi dari acara tetap utuh.
Sebagai persiapan, panitia yang terlibat sudah melakukan gladi kotor sebulan sebelum acara dan menjadwalkan gladi resik pada 6 Februari. Ancillasura menambahkan bahwa koordinasi dengan berbagai pihak terkait juga telah dilakukan untuk memastikan kelancaran acara. Proses gladi yang menuju hari H menjadi bagian krusial dalam persiapan tersebut.
Rangkaian acara Tingalan Jumenengan dimulai dengan wilujengan di Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran, diikuti oleh penampilan tarian klasik Bedhaya Anglir Mendung yang melibatkan tujuh penari dengan durasi penampilan mencapai 45 menit. Tarian ini tak hanya menambah kemeriahan acara tetapi juga melestarikan budaya Jawa yang sarat makna.
Berikut adalah beberapa informasi penting mengenai pelaksanaan Tingalan Jumenengan 2023:
- Durasi Acara: Acara akan berlangsung lebih singkat, dari jam 09.00 hingga 11.30 WIB, dibedakan dari tahun-tahun sebelumnya.
- Tari Bedhaya Anglir Mendung: Ditampilkan oleh tujuh penari dengan durasi 45 menit, menjadi salah satu agenda utama dari rangkaian acara.
- Dhaharan (Makan): Proses makan akan dilakukan dengan waktu yang lebih cepat untuk mengakomodasi durasi acara yang lebih singkat.
- Persiapan Panitia: Gladi kotor dan gladi resik dilakukan sebulan sebelum acara, dengan koordinasi yang matang.
- Tanpa Perubahan Urutan: Despite the shortened duration, tidak ada perubahan dalam urutan prosesi acara dari tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi moment bersejarah bagi keluarga keraton, tetapi juga melibatkan masyarakat luas yang datang untuk menyaksikan momen penuh tradisi ini. Sebagai bagian dari warisan budaya, Tingalan Jumenengan selalu menarik perhatian pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah yang ingin menyaksikan keunikan budaya Solo.
Dengan tradisi yang terus terjaga dan diperbaharui, Tingalan Jumenengan diharapkan mampu menyajikan tidak hanya kemeriahan, tapi juga rekaman indah dari perjalanan sejarah dan budaya yang telah ada sejak lama. Perubahan durasi ini, meskipun terdengar sederhana, merupakan langkah adaptasi untuk memastikan bahwa tradisi dapat terus dilaksanakan dan dinikmati oleh generasi mendatang.