Sekitar 20.000 orang berkumpul dalam unjuk rasa di Kota Davao, Filipina, pada Minggu untuk mendukung mantan presiden Rodrigo Duterte yang saat ini tengah ditangkap dan diadili di Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Aksi demonstrasi ini berlangsung bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-88 Kota Davao, yaitu kota kelahiran Duterte, di mana para pendukungnya mengekspresikan solidaritas dan permintaan untuk pemulangan mantan presiden tersebut.
Rodrigo Duterte ditangkap pada Rabu (12/3) di Bandara Internasional Manila setelah tiba dari Hong Kong. Ia kini menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan pelaksanaan perang melawan narkoba selama masa jabatannya dari 2016 hingga 2022. Kasus ini mencakup ribuan pembunuhan yang terjadi di luar hukum, yang mana laporan resmi menyebutkan jumlah korban tewas dalam operasi antinarkoba mencapai sekurang-kurangnya 6.252, sedangkan kelompok hak asasi manusia menyatakan angkanya bisa mencapai 27.000 orang.
Penangkapan Duterte, yang saat ini berada di Den Haag, memicu reaksi emosional dari basis pendukungnya. Dalam demonstrasi yang berlangsung di Rizal Park, dekat balai kota Davao, para pendukungnya menyuarakan yel-yel dan doa bersama sebagai bentuk dukungan moral. Mereka mengekspresikan keyakinan bahwa Duterte akan mampu mengatasi situasi ini dan kembali ke Filipina.
Wakil Presiden Sara Duterte, putri dari mantan presiden, berbicara di depan para pengunjuk rasa dan menekankan bahwa ayahnya dalam keadaan baik. Ia menyampaikan pesan dari Duterte bahwa para pendukungnya tidak perlu khawatir dan bahwa setiap masalah akan memiliki jalan penyelesaian. “Dia (Rodrigo Duterte) berkata agar kalian jangan khawatir. Ada akhir dari setiap hal. Akan ada hari pembalasan,” ujarnya.
Proses persidangan terhadap Duterte dimulai dengan sidang awal di ICC pada Jumat (14/3). Dalam sidang tersebut, Hakim Julia Antoanella Motoc memimpin prosedur untuk mengonfirmasi identitas Duterte, menjelaskan hak-haknya, dan menetapkan jadwal untuk sidang konfirmasi dakwaan. Hal ini merupakan langkah awal dalam menjalani proses hukum yang berlarut-larut bagi mantan presiden yang dikenal karena kebijakan-kebijakan kontroversialnya.
Demonstrasi tersebut memperlihatkan perpecahan pendapat di kalangan masyarakat Filipina terkait warisan Duterte. Para pendukungnya memuji keberanian dan ketegasannya dalam perang melawan narkoba, sementara kritik terhadapnya menyuarakan penolakan atas pelanggaran hak asasi manusia yang diduga terjadi selama masa pemerintahannya. Pengamat politik memperkirakan bahwa proses hukum ini akan menjadi momen kunci dalam menentukan masa depan politik Duterte dan dampaknya terhadap masyarakat Filipina.
Situasi ini semakin kompleks dengan faktor luar, termasuk dukungan yang diterima Duterte dari basis massa yang setia, serta respon dari komunitas internasional terkait keterlibatannya dalam dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Berbagai organisasi hak asasi manusia terus mendesak keadilan dan akuntabilitas atas apa yang mereka sebut sebagai “genosida” dalam perang melawan narkoba Duterte.
Dukungan massa yang besar untuk Duterte di Davao menunjukkan betapa dalamnya ikatan emosional yang terjalin antara mantan presiden dan konstituennya. Dengan pengadilan yang sedang berlangsung, penyelidikan ke dalam masa lalu ini mungkin akan terus mengguncang politik Filipina dan mempengaruhi generasi mendatang.
Seiring berlanjutnya proses hukum terhadap Duterte, situasi ini menjadi pusat perhatian tidak hanya di Filipina tetapi juga di seluruh dunia, mengingat dampaknya terhadap isu hak asasi manusia dan demokrasi di kawasan tersebut. Pendukung dan penentang Duterte akan terus melanjutkan tekanan mereka, sementara proses hukum semakin terbuka untuk menilai masa lalu yang penuh kontroversi dan tantangan tersebut.