Miliarder dan CEO Tesla, Elon Musk, membuat pernyataan mengejutkan dengan menyalahkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, karena memperpanjang perang antara Ukraina dan Rusia. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Zelensky dan Presiden AS, Donald Trump, dalam sebuah perdebatan yang disiarkan secara langsung di Gedung Putih. Musk menegaskan bahwa Ukraina seharusnya lebih memprioritaskan diplomasi daripada berfokus pada konflik yang berkepanjangan.
Dalam sebuah unggahan di platform sosial media X, Musk mengekspresikan keyakinannya bahwa keputusan Zelensky untuk melanjutkan perang akan mengakibatkan lebih banyak kehilangan nyawa tanpa hasil yang berarti. “Apa yang saya katakan lebih dari 2 tahun lalu adalah bahwa Ukraina harus mencari perdamaian atau menderita kehilangan banyak nyawa tanpa keuntungan apa pun. Pilihan terakhir adalah pilihan Zelensky. Sekarang, dia ingin melakukannya lagi. Ini kejam dan tidak manusiawi,” ungkap Musk.
Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Musk telah mengusulkan serangkaian ide untuk menyelesaikan konflik. Diantaranya adalah rencana damai yang dia usulkan pada Oktober 2022, yang mencakup:
1. Mengulang pemilihan umum di wilayah yang dianeksasi di bawah pengawasan PBB.
2. Secara resmi mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.
3. Memastikan pasokan air ke Krimea.
4. Menjaga Ukraina tetap netral dan menghindari keanggotaan NATO.
Sayangnya, rencana Musk tersebut tidak diterima dengan baik oleh pejabat Ukraina, termasuk oleh Zelensky yang menuduh Musk meniru propaganda Rusia. Meskipun mendapatkan reaksi negatif, Musk tetap pada pendiriannya dan kini dengan tegas menyalahkan pemimpin Ukraina atas pertumpahan darah yang terjadi.
Komentar Musk datang setelah pertemuan berisiko tinggi di Gedung Putih, di mana Zelensky berdebat dengan Trump dan anggota kongres JD Vance. Dalam pertemuan itu, Trump mendorong Zelensky untuk mempertimbangkan konsesi teritorial kepada Rusia, suatu posisi yang telah menjadi titik panas bagi pemerintah AS. Zelensky, pada gilirannya, mengingatkan semua yang hadir tentang kegagalan negosiasi dengan Rusia yang terjadi sebelum invasi skala penuh pada tahun 2022.
Debat itu semakin intens di mana Trump menuduh Zelensky “berjudi dengan Perang Dunia III” karena menolak untuk bernegosiasi dengan Rusia. Sementara itu, Vance terus menuduh Zelensky tidak tahu berterima kasih dan tidak menghormati presiden AS, menekankan adanya ketegangan diplomatis yang tinggi.
Sebelumnya, Musk juga pernah mengklaim bahwa Zelensky terlibat dalam kegiatan korupsi dan membatalkan pemilihan umum untuk mempertahankan kekuasaan. Dia berargumen bahwa warga Ukraina “membenci” pemimpin mereka dan mendukung keputusan Trump untuk mengecualikan Zelensky dari perundingan damai AS-Rusia.
Ungkapan kontroversial Musk tentang Zelensky menimbulkan banyak reaksi dalam lingkaran politik dan media. Banyak pendukung Ukraina mengecam pernyataan Musk dan menegaskan bahwa kekuatan Rusia yang agresif menjadi penyebab utama konflik, bukan keputusan dari Zelensky. Di sisi lain, beberapa analis berpendapat bahwa tawaran Musk untuk dialog dan perdamaian patut dipertimbangkan, meskipun terlihat sulit dalam konteks geopolitik yang kompleks saat ini.
Di tengah serangkaian pernyataan dan insiden berisiko ini, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk menyelesaikan konflik yang telah memakan banyak korban jiwa di Ukraina. Kebijakan luar negeri yang progresif dan kerjasama dari semua pihak terlibat sangat penting untuk menuju perdamaian yang tahan lama.