Gadget

Elon Musk Tegaskan Tak Tertarik Membeli TikTok, Ini Alasannya!

Miliarder dan CEO Tesla serta SpaceX, Elon Musk, mengkonfirmasi bahwa dirinya tidak tertarik untuk membeli aplikasi TikTok yang dimiliki oleh perusahaan asal China, ByteDance. Pernyataan ini muncul di tengah spekulasi bahwa Musk dapat menjadi kandidat potensial untuk mengakuisisi TikTok agar aplikasi tersebut dapat terus beroperasi di Amerika Serikat, menyusul adanya ancaman larangan dari pemerintah terkait masalah keamanan nasional.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada tanggal 9 Februari 2025, Musk dengan tegas menyatakan, “Saya belum mengajukan penawaran untuk TikTok.” Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa meskipun TikTok tengah menghadapi banyak tantangan di pasar AS, Musk tidak berencana mengambil alih aplikasi tersebut. Ia juga menambahkan, “Saya tidak punya rencana apa pun terkait TikTok, bahkan saya sendiri tidak menggunakan aplikasi itu dan tidak familier dengan formatnya.”

Elon Musk tidak hanya menolak rencana akuisisi TikTok, tetapi ia juga menjelaskan bahwa secara umum, ia jarang melakukan akuisisi perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, Musk memang dikenal sering membangun perusahaan dari nol. Ia mengakui bahwa akuisisi Twitter, yang kini dikenal sebagai X, adalah pengecualian dari kebiasaannya tersebut. “Akuisisi Twitter itu pengecualian. Saya biasanya membangun perusahaan dari awal,” ungkapnya.

Dari pernyataan Musk, terlihat jelas bahwa ia lebih memilih untuk fokus pada pengembangan dan inovasi di perusahaan-perusahaannya, dibandingkan dengan memperluas portofolio melalui akuisisi. Hal ini juga mencerminkan filosofi bisnis yang dipegang eratnya, yakni lebih memilih untuk berinvestasi dalam pengembangan produk dan teknologi baru.

Sementara itu, situasi TikTok saat ini semakin kompleks. perusahaan yang berada di bawah naungan ByteDance tersebut kini berada dalam sorotan akibat ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. TikTok, yang menjadi salah satu platform media sosial paling populer di dunia, terus menghadapi risiko pelarangan di AS, yang dipicu oleh kekhawatiran mengenai keamanan data pengguna. Beberapa pejabat AS menilai bahwa data pengguna TikTok dapat diakses oleh pemerintah China, lebih jauh menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan informasi tersebut.

Sejauh ini, pihak ByteDance belum memberikan respons resmi terkait isu potensi penjualan TikTok di AS. Perusahaan tersebut tetap pada sikapnya untuk tidak menjual aplikasi yang saat ini terus menjadi topik hangat di kalangan publik dan pejabat pemerintah. ByteDance menunjukkan ketidaksediaannya untuk menyerahkan kontrol atas produk yang telah memberikan dampak besar bagi industri media sosial global.

Dalam konteks ini, Elon Musk bukanlah satu-satunya nama besar yang membahas kemungkinan akuisisi TikTok. Beberapa raksasa teknologi seperti Microsoft juga pernah dikabarkan tertarik untuk membeli TikTok, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil. Ketakutan akan perlunya penegakan regulasi yang lebih ketat terhadap aplikasi-aplikasi yang berasal dari luar negeri di AS menjadi salah satu motivator di balik spekulasi akuisisi ini.

Adanya ketidakpastian mengenai masa depan TikTok di AS membuat para investor dan pemangku kepentingan lainnya khawatir akan dampaknya terhadap operasional dan pendapatan perusahaan. Dalam situasi seperti ini, keputusan Musk untuk tidak terlibat lebih jauh menunjukkan prinsip yang ia pegang dalam berbisnis.

Dengan pernyataan tegas Elon Musk dan dinamika yang sedang terjadi di sekitar TikTok, jelas bahwa masa depan aplikasi ini masih penuh tanda tanya. Sementara Musk lebih memilih untuk fokus pada inisiatif yang sudah ada dalam genggamannya, ByteDance harus mencari solusi untuk menghadapi tantangan yang semakin mendesak. Dalam dunia teknologi yang terus berkembang, keputusan-keputusan strategis ini akan menentukan arah yang akan diambil perusahaan-perusahaan besar.

Budi Santoso adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button