Dunia

Emosi Menggebu: Para Tentara Israel Menangis di Koridor Netzarim

Para tentara Israel yang terlibat dalam serangan militer di Koridor Netzarim, Jalur Gaza, terlihat mengalami momen emosional yang mendalam saat mereka meninggalkan daerah tersebut. Dalam laporan terbaru dari Channel 14 Israel, tentara-tentara ini menangis saat menyadari bahwa usaha mereka selama setahun di kawasan tersebut dianggap sia-sia. Kejadian ini terjadi pada tanggal 27 Januari 2025, ketika kendaraan militer dan tank Israel tampak di sekitar kawasan Jalur Salah al-Din.

Para tentara tersebut mengungkapkan rasa kecewa yang mendalam setelah berbulan-bulan beroperasi dalam kondisi sulit, di mana mereka melaksanakan misi ofensif dan defensif melawan faksi-faksi perlawanan Palestina. “Ketika kami meninggalkan daerah ini, kami merasa bahwa tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan,” ucap salah satu tentara yang berbicara dalam laporan itu. Kejadian ini menandai sebuah titik balik dalam diskusi di Israel mengenai dampak dan hasil dari perang yang berlangsung.

Latar belakang konflik ini sangat kompleks, dengan ribuan warga Palestina mulai kembali ke Jalur Gaza utara setelah terpaksa mengungsi karena perang yang telah berlangsung lama. Puluhan ribu dari mereka berjalan kaki di sepanjang Jalan Al-Rashid, mengikuti perjanjian gencatan senjata serta pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas. Pembukaan Koridor Netzarim oleh pasukan pendudukan Israel menjadi langkah penting yang memungkinkan kendaraan Palestina untuk melintas, memberikan harapan bagi banyak pengungsi yang telah kehilangan tempat tinggal mereka.

Perjanjian gencatan senjata, yang diimplementasikan sejak 19 Januari, merupakan fase pertama dari enam pekan yang direncanakan untuk menghentikan rungutan genosida yang telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, dengan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Angka ini mencerminkan krisis kemanusiaan yang meluas, di mana lebih dari 111.000 orang juga mengalami luka-luka sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Dalam konteks ini, isu pertukaran tahanan menjadi sorotan. Tujuh tahanan Israel, termasuk empat tentara, telah dibebaskan sebagai imbalan untuk 290 tahanan Palestina. Namun, permasalahan tidak berhenti di situ; sekitar 11.000 warga Palestina masih hilang di bawah reruntuhan rumah mereka dan berbagai infrastruktur sipil yang hancur karena tindakan militer Israel.

Kerusakan yang meluas dan krisis kemanusiaan di Gaza telah menarik perhatian global. Beberapa analis menyebut situasi ini sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia saat ini. Dalam konteks hukum internasional, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional terkait agresinya di wilayah tersebut.

Emosi yang dirasakan oleh para tentara Israel saat meninggalkan Koridor Netzarim merupakan gambaran dari kompleksitas konflik ini. Dengan berbagai faktor yang saling terkait, baik di lapangan maupun dalam konteks politik internasional, situasi di Jalur Gaza terus menjadi sorotan dan perdebatan yang mendalam. Kini, semua mata tertuju pada langkah selanjutnya yang akan diambil oleh kedua belah pihak, serta komunitas internasional yang berusaha mencari solusi untuk mengakhiri siklus kekerasan ini.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button