Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan berita positif mengenai kinerja ekspor Indonesia di bulan Februari 2025. Nilai ekspor tercatat mencapai US$ 21,98 miliar, mengalami peningkatan sebesar 2,58% dibandingkan bulan Januari 2025, serta melonjak 14,05% jika dibandingkan dengan Februari 2024. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers yang berlangsung pada Senin, 17 Maret 2025, menyatakan bahwa pertumbuhan ini menunjukkan pemulihan yang signifikan dalam perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan nilai ekspor ini didorong oleh sektor nonmigas yang mencatat angka yang menggembirakan. Ekspor nonmigas sendiri mencapai US$ 20,84 miliar, mencerminkan pertumbuhan 2,29% secara bulanan dan 15,4% secara tahunan. Sektor-sektor komoditas yang menyumbang kenaikan ekspor nonmigas di antaranya adalah:
- Lemak dan Minyak Hewani/Nabati: Mengalami kenaikan sebesar 37,04% dengan andil 3,7%.
- Mesin dan Peralatan Mekanis: Meningkat tajam hingga 37,85% dengan kontribusi 0,92%.
- Logam Mulia dan Perhiasan: Mencatat pertumbuhan 16,45%, memberikan andil sebesar 0,66%.
Dalam analisis lebih mendalam, Amalia menjelaskan bahwa peningkatan nilai ekspor pada Februari 2025 secara bulanan dipicu oleh meningkatnya kinerja ekspor dari sektor nonmigas. Namun, sektor migas menunjukkan dinamika yang berbeda. Nilai ekspor migas tercatat mencapai US$ 1,14 miliar, tumbuh 8,25% secara bulanan, tetapi mengalami penurunan 5,98% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi positif dari ekspor minyak mentah berperan dalam pertumbuhan ini.
Menurut segmentasi sektor, ekspor nonmigas terbagi menjadi tiga kategori utama:
- Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: Mencatat nilai ekspor sebesar US$ 560 juta, tumbuh sebesar 3,06% secara bulanan dan 52,01% secara tahunan.
- Sektor Pertambangan dan Lainnya: Mencapai US$ 2,63 miliar, namun mengalami kontraksi 3,41% secara bulanan dan 35,38% secara tahunan.
- Sektor Industri Pengolahan: Mencatat nilai ekspor sebesar US$ 17,65 miliar, tumbuh 3,17% secara bulanan dan 29,56% secara tahunan, dengan kontribusi mencapai 20,89% dari total ekspor Februari 2025.
Dalam konteks ini, Amalia menekankan bahwa peningkatan ekspor sektor industri pengolahan terutama didorong oleh nilai ekspor sejumlah produk, di antaranya minyak kelapa sawit, mesin keperluan umum, barang perhiasan dan barang berharga, serta timah. Hal ini mencerminkan pemulihan dan kemandirian industri dalam menghadapi tantangan perekonomian global.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun terdapat pertumbuhan yang signifikan, tantangan dalam sektor tertentu masih perlu diperhatikan, seperti penurunan dalam sektor pertambangan. Analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pengambil kebijakan dan pelaku industri untuk merumuskan strategi yang lebih baik ke depannya.
Dengan nilai ekspor yang menunjukkan tren positif, optimisme terhadap ekonomi Indonesia diharapkan terus meningkat. Namun, upaya pemantauan dan evaluasi terhadap sektor-sektor yang masih menunjukkan penurunan sangat penting untuk menjaga daya saing Indonesia di pasar global. Data ini menjadi indikator kinerja yang penting untuk merencanakan strategi ekonomi yang berkelanjutan di masa depan.