
Dua pendaki senior, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, mengalami kecelakaan tragis saat melakukan pendakian ke Puncak Carstensz Pyramid, lokasi yang terkenal sebagai puncak tertinggi di Indonesia. Keduanya dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia saat mendaki pada tanggal 28 Februari 2025. Kematian mereka menimbulkan duka mendalam di kalangan komunitas pendaki gunung, termasuk bagi musisi Fiersa Besari, yang turut berbagi pengalamannya dalam pendakian tersebut.
Melalui unggahan di Instagram, Fiersa menyampaikan rasa duka citanya. Ia mengucapkan belasungkawa yang terdalam untuk Lilie dan Elsa, serta mendoakan agar keluarga mereka yang ditinggalkan diberikan ketabahan. “Semoga Bu Lilie dan Bu Elsa diberikan tempat terbaik di sisi-Nya,” tulis Fiersa dalam captionnya.
Fiersa Besari mengungkapkan bahwa ia dan temannya, Furky Syahroni, berada dalam kelompok pendakian terpisah dari Lilie dan Elsa. “Kami tergabung dalam tim yang terdiri dari tiga orang berbeda dengan tim Bu Lilie dan Bu Elsa yang beranggotakan empat orang,” jelasnya. Meskipun mereka berada dalam rombongan yang terpisah, mereka saling berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain selama pendakian.
Dalam perjalanan ke Puncak Carstensz, Fiersa menjelaskan bahwa kondisi cuaca sangat buruk. Setelah tiba di basecamp Yellow Valley, yang terletak di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl, Fiersa dan Furky mengetahui bahwa Lilie dan Elsa terjebak di area tebing dalam kondisi berbahaya. “Kami baru mengetahui tragedi yang menimpa mereka setelah sampai di basecamp,” ujarnya. Menyusul pengumuman mengenai situasi buruk tersebut, tim pendaki berusaha untuk mengontak para korban dengan menggunakan alat komunikasi, tetapi tidak berhasil.
Evakuasi jenazah Lilie dan Elsa dilakukan pada 2 Maret 2025, dengan menggunakan helikopter dari Yellow Valley ke Timika. Setelah proses evakuasi, Fiersa dan Furky juga dievakuasi ke Timika, di mana mereka dinyatakan dalam kondisi stabil meskipun mengalami kendala di saat pendakian.
Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono dikenal di antara para pendaki gunung, terutama oleh komunitas pendakian wanita di Indonesia. Lilie, dengan akun Instagram @mamakpendaki, sering membagikan kisah pengalaman mendaki meskipun telah berusia hampir 60 tahun. Keduanya telah menjadi sahabat sejak SMA dan mulai mendaki bersama di usia remaja. Setelah terpisah saat kuliah, mereka kembali bersatu dan aktif mendaki bersama ke berbagai puncak gunung di Indonesia di usia 50 tahun.
Komunitas pendaki terutama sangat merasakan kehilangan ini, dan dengan cepat banyak doa untuk Lilie dan Elsa bertebaran di media sosial. Namun, situasi ini juga memicu reaksi negatif dari beberapa orang. Fiersa meminta agar masyarakat dapat menunjukkan empati dan tidak mengeluarkan komentar buruk mengenai insiden ini. “Saya berharap kawan-kawan dapat menahan jempolnya untuk mengeluarkan asumsi, teori, apalagi komentar nirempati,” tutupnya dengan harapan masyarakat bisa saling mendukung dan berdoa.
Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga dan sahabat, tetapi juga menjadi pengingat betapa berbahayanya pendakian di pegunungan tinggi, terutama dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Kematian Lilie dan Elsa menghantarkan pesan bahwa alam harus dihormati dan kesiapsiagaan dalam mendaki adalah kunci untuk keselamatan. Pendakian ke Puncak Carstensz semestinya dilakukan dengan pertimbangan matang agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.