
Anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Raphael Glucksmann, baru-baru ini meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengembalikan Patung Liberty. Permintaan ini muncul sebagai respons terhadap sejumlah kebijakan yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump, yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi yang diwakili oleh monumen ikonik tersebut. Dalam pidatonya pada konvensi partainya, Place Publique, Glucksmann menyatakan, “Kami akan katakan kepada rakyat Amerika yang memilih berpihak pada para tiran, kepada rakyat Amerika yang memecat para peneliti karena menuntut kebebasan ilmiah: Kembalikan Patung Liberty.”
Patung Liberty, yang dihadiahkan oleh Prancis kepada AS pada tahun 1886, dianggap sebagai simbol kebebasan. Monumen ini dirancang oleh pematung Frederic Auguste Bartholdi dan dibangun oleh Gustave Eiffel. Sejak berdiri di Pelabuhan New York, Patung Liberty telah berfungsi sebagai mercusuar bagi para imigran yang mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, kebijakan yang diterapkan oleh Trump, yang ditegaskan dengan slogan “America First,” telah menimbulkan perdebatan tentang komitmen AS terhadap nilai-nilai tersebut.
Kebijakan Trump telah menargetkan sejumlah bidang, termasuk imigrasi, penelitian ilmiah, serta bantuan luar negeri. Dalam usaha untuk merombak badan-badan pemerintahan, dia meluncurkan tindakan keras terhadap imigrasi ilegal dan memblokir program-program yang tidak sejalan dengan prinsipnya. Beberapa di antaranya termasuk pemotongan hibah federal untuk penelitian terkait perubahan iklim dan studi gender. Kebijakan-kebijakan tersebut telah memicu reaksi negatif, baik di dalam negeri maupun internasional.
Glucksmann, dalam kritiknya, menggarisbawahi bagaimana perubahan kebijakan tersebut mencerminkan sikap masyarakat AS terhadap nilai-nilai konstitusional yang seharusnya dijunjung tinggi. “Kebijakan yang kami lihat saat ini mengarah pada pengabaian nilai-nilai universal yang telah disepakati dan dihormati secara global,” tuturnya. Dengan pengembalian Patung Liberty, Glucksmann berharap bisa mengingkatkan masyarakat AS akan tanggung jawab mereka terhadap hak asasi manusia.
Kebangkitan wacana ini di Eropa juga menunjukkan kekhawatiran yang meluas mengenai arah kebijakan AS di bawah Trump. Sejumlah pemimpin Eropa merasa bahwa tindakan Trump berpotensi merusak hubungan transatlantik dan merugikan stabilitas global. Mereka khawatir bahwa penolakan terhadap imigrasi, yang merupakan bagian integral dari sejarah AS, bisa memicu reaksi yang lebih luas di negara-negara Eropa, di mana banyak imigran mencari perlindungan dan kesempatan.
Dari perspektif yang lebih luas, permohonan Glucksmann dapat dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap tren populisme yang berkembang di beberapa belahan dunia. Masyarakat internasional pun semakin mencemaskan implikasi dari kebijakan yang menekankan nasionalisme dan penutupan terhadap imigrasi. Kebangkitan sikap anti-imigran ini telah menggerakkan gerakan sosial di dalam dan luar AS yang menyerukan perlunya melindungi nilai-nilai kemanusiaan.
Namun, reaksi atas pernyataan Glucksmann juga menunjukkan bahwa tidak semua orang sepakat dengan ide mengembalikan simbol kebebasan tersebut. Beberapa kalangan di AS menganggap bahwa Patung Liberty tetap menjadi bagian penting dari identitas nasional, meskipun tengah berlangsung perdebatan tentang maknanya seiring dengan perubahan kebijakan.
Ketegangan antara nilai-nilai tradisional yang diwakili oleh Patung Liberty dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Trump menciptakan dilema moral. Pihak-pihak yang mendukung permintaan pengembalian patung ini berargumen bahwa jika AS ingin memulihkan citranya sebagai pemimpin global dalam hak asasi manusia, pembacaan kembali terhadap simbol-simbol penting seperti Patung Liberty harus dilakukan.
Dengan situasi politik yang terus berkembang baik di AS maupun Eropa, penting untuk menyimak implikasi dari kebijakan yang diambil masing-masing negara. Apakah kita akan melihat perubahan paradigma yang lebih besar dalam pandangan Amerika terhadap nilai-nilai yang selama ini dijunjung, atau akankah Patung Liberty tetap menjadi simbol yang penuh makna sekaligus tantangan di masa depan?