Gempa Bumi Magnitudo 5,6 Guncang Tapanuli Utara, BMKG: Aman!

Tapanuli Utara diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 pada Selasa, 18 Maret 2025, sekitar pukul 05.00 WIB. Menurut penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangan tertulisnya memastikan bahwa meskipun gempa dirasakan cukup kuat, ancaman tsunami tidak ada.

Daryono menjelaskan bahwa peristiwa gempa yang terjadi di Tapanuli Utara ini tergolong sebagai “double earthquake,” di mana terdeteksi dua gelombang dengan magnitudo hampir sama. Gempa pertama terukur dengan magnitudo 5,5, sedangkan yang kedua dengan magnitudo 5,6. Jarak kedua pusat gempa hanya berselisih sekitar 9 kilometer dengan waktu kejadian yang berdekatan, yaitu hanya 56 detik.

Menurut informasi dari BMKG, gempa ini merupakan jenis gempa kerak dangkal yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif, yakni Sesar Besar Sumatra (The Sumatran Fault Zone) segmen Toru. Kekuatan gempa ini dirasakan cukup luas, dan sejumlah masyarakat merasa khawatir akan dampaknya, terutama mengenai struktur bangunan.

Dampak dari gempa ini terlihat dengan kerusakan yang terjadi, terutama di Desa Lobupining, Kecamatan Adiankoting. Sejumlah rumah mengalami kerusakan, dan gempa juga memicu tanah longsor yang mengenai dua rumah di Desa Hutabarat, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara. Kejadian ini mengganggu aktivitas masyarakat di daerah tersebut dan meningkatkan kepanikan di kalangan warga.

Dalam situasi seperti ini, Daryono meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ia menyarankan agar warga segera memeriksa kondisi bangunan mereka, terutama jika terdapat retakan atau kerusakan akibat getaran gempa. “Pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa dan tidak mengalami kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” ungkap Daryono.

BMKG juga memberikan beberapa langkah yang dapat diambil oleh masyarakat selama dan setelah terjadi gempa bumi, di antaranya:

1. Segera menjauh dari bangunan yang retak atau menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
2. Menjauh dari tebing atau daerah yang rawan terjadi longsor.
3. Menggunakan media sosial atau sumber informasi resmi untuk mendapatkan informasi terbaru dan akurat.
4. Mengikuti petunjuk evakuasi jika diinstruksikan oleh pihak berwenang.

Meskipun gempa bumi adalah fenomena yang tidak dapat diprediksi sepenuhnya, namun kesiapsiagaan masyarakat dapat meminimalisir risiko yang dapat ditimbulkan. Daryono menekankan pentingnya edukasi mengenai keselamatan saat terjadi gempa, sehingga masyarakat tidak panik dan dapat beraksi dengan cepat serta tepat.

GMN (Gempa Magnitudo Normal) adalah serangkaian kegiatan yang diadakan oleh BMKG untuk memberikan pemahaman dan informasi yang lebih baik kepada masyarakat tentang gempa bumi dan cara menghadapinya. Dengan demikian, diharapkan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam dapat meningkat.

Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur cincin api Pasifik, di mana aktivitas seismik sering terjadi. Dengan kejadian gempa yang baru saja melanda, semua pihak diharapkan tetap waspada dan proaktif dalam menanggapi ancaman bencana serupa di masa yang akan datang.

Berita Terkait

Back to top button