
Rumah Sakit Siriraj di Bangkok, Thailand, mengumumkan penghentian sementara operasi dan layanan klinik khusus akibat bencana gempa yang mengguncang Myanmar. Pada Jumat, 28 Maret, rumah sakit terbesar di Thailand tersebut merilis pernyataan resmi yang menjelaskan keputusan untuk menunda semua tindakan operasi non-darurat, demi menjaga keselamatan pasien, staf, dan keluarga.
“Demi keselamatan pasien, keluarga dan para staf, Rumah Sakit Siriraj menunda layanan tersebut. Kami menghentikan sementara operasi klinik khusus di luar jam kerja reguler dan membatalkan seluruh operasi non-darurat,” ungkap pihak rumah sakit. Keputusan ini berlaku mulai pukul 4 sore waktu setempat hingga pukul 12 siang pada hari Minggu.
Gempa dengan kekuatan 7,7 magnitudo terjadi di Myanmar, dan getarannya dirasakan hingga ke negara-negara tetangga seperti Bangladesh, India, Laos, Tiongkok, dan tentu saja Thailand. Kejadian ini mengakibatkan banyaknya korban luka, memicu otoritas Myanmar untuk mengumpulkan donor darah secara darurat. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa gempa tersebut telah menimbulkan kerusakan signifikan di berbagai daerah, meningkatkan kebutuhan akan layanan medis yang cepat dan efektif.
Sejak gempa terjadi, bandara di seluruh Thailand juga menghentikan operasinya. Penutupan ini menunjukkan dampak luas yang ditimbulkan oleh gempa bumi, tidak hanya di Myanmar tetapi juga di negara-negara sekitar yang merasakan getaran kuatnya. Dalam situasi tersebut, pihak berwenang di Thailand harus mempertimbangkan keselamatan penumpang dan tim operasional di bandara.
Bencana ini menjadi pengingat akan potensi risiko yang dihadapi negara-negara yang terletak di jalur daerah gempa. Banyak rumah sakit di wilayah yang lebih dekat dengan pusat gempa mungkin akan mengalami lonjakan pasien akibat korban yang terluka. Dalam konteks ini, keputusan Rumah Sakit Siriraj untuk menghentikan operasi non-darurat dapat dipahami sebagai langkah proaktif untuk memastikan sistem kesehatan dapat menangani peningkatan permintaan layanan medis.
Menurut catatan terbaru dari otoritas kesehatan lokal, dalam beberapa jam setelah gempa, sejumlah rumah sakit di Myanmar melaporkan meningkatnya jumlah pasien yang membutuhkan perawatan medis. Banyak di antara mereka yang mengalami luka akibat runtuhnya bangunan dan terjebak dalam reruntuhan. Otoritas setempat langsung bergerak cepat untuk menyiapkan tim medis darurat dan mengoordinasikan pengiriman bantuan.
Di tengah krisis ini, penting bagi komunitas internasional untuk memberikan dukungan. Dukungan dalam bentuk bantuan medis, pengumpulan dana, serta penyediaan logistik menjadi sangat diperlukan untuk membantu Myanmar dalam masa pemulihan ini.
Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat di negara-negara yang terpengaruh oleh gempa, termasuk Thailand, diingatkan untuk tetap waspada. Sementara Rumah Sakit Siriraj dan fasilitas medis lainnya di Thailand berupaya menyesuaikan pelayanan mereka, dampak dari bencana ini akan dirasakan dalam jangka panjang di sektor kesehatan.
Kondisi yang dihadapi oleh Myanmar dan negara-negara tetangga menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sebagai negara yang sering mengalami gempa, upaya peningkatan infrastruktur dan sistem kesehatan sangatlah penting untuk meminimalisir dampak di masa mendatang. Sementara itu, pemulihan penuh dari keadaan darurat ini akan memerlukan bantuan dan kerjasama internasional, memastikan bahwa semua pihak dapat melewati masa sulit ini bersatu.