Dunia

Hamas-Israel Lakukan Pertukaran Sandera, Gencatan Senjata Tak Jelas

Dalam perkembangan terbaru mengenai konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas, kedua belah pihak berhasil melaksanakan pertukaran sandera untuk kelima kalinya. Pada Sabtu, 8 Februari 2025, Hamas membebaskan tiga warga Israel, sementara pihak Israel melepaskan 183 warga Palestina. Pertukaran ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan dapat membawa kedamaian, meskipun situasi yang masih belum sepenuhnya jelas menimbulkan berbagai tantangan.

Ketiga sandera Israel yang dibebaskan adalah Eli Sharabi (52 tahun), Or Levy (34 tahun), dan Ohad Ben Ami (56 tahun). Mereka dipindahkan dengan aman setelah acara yang dikelola dengan cermat oleh Komite Palang Merah Internasional, dan diserahkan kepada perwakilan Israel. Pihak Israel memastikan bahwa ketiga sandera terlihat dalam kondisi buruk, tampak lemah setelah terkurung selama 16 bulan.

Sementara itu, dinas penjara Israel mengonfirmasi bahwa 183 warga Palestina dibebaskan dari sejumlah penjara di seluruh negeri. Mereka dibawa ke beberapa tempat, termasuk Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan Gaza. Di antara mereka yang dibebaskan terdapat tokoh senior Hamas, Iyad Abu Shakhdam, yang sebelumnya telah dipenjara selama hampir 21 tahun.

Proses pertukaran ini diharapkan mampu memperkuat gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025. Namun, situasi di lapangan menunjukkan bahwa gencatan senjata ini semakin rapuh, terutama setelah munculnya usulan kontroversial dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai pemindahan paksa warga Palestina dari kawasan yang dikepung tersebut.

Di balik sukacita pembebasan sandera, terdapat kesedihan mendalam dari keluarga dan kerabat yang menunggu kabar tentang lebih dari 250 orang yang ditangkap oleh Hamas selama konflik. Forum Sandera dan Keluarga Hilang menegaskan pentingnya untuk terus mencari pembebasan bagi semua sandera yang masih berada dalam tahanan, mengingat semua orang merasa bertanggung jawab dalam situasi ini.

Meskipun fase pertama gencatan senjata berjalan lancar, tidak ada kejelasan mengenai fase kedua. Saat ini, 18 sandera Israel dan 550 tahanan Palestina telah dipertukarkan. Namun, ketidakpastian yang ditambah dengan rencana Trump untuk ‘membersihkan’ Gaza berpotensi mengganggu proses pembicaraan. Banyak analis mengkhawatirkan bahwa Hamas mungkin tidak akan mau menyerahkan sisa tawanan mereka jika bisa terjadi tindakan pembersihan etnis yang lebih luas.

Beberapa elemen kunci dari gencatan senjata yang telah disepakati termasuk pemulangan warga Palestina ke Gaza utara dan peningkatan bantuan kemanusiaan. Permindahan ini menjadi sorotan, terutama setelah banyaknya laporan mengenai kondisi kritis di Gaza akibat konflik yang berkepanjangan. Minggu lalu, warga Palestina yang terluka juga mulai diizinkan meninggalkan Gaza menuju Mesir untuk pertama kalinya sejak Mei 2023.

Dalam hitungan angka, konflik ini telah menewaskan lebih dari 61.709 orang di Gaza, dengan lebih dari 14.222 orang yang kini dianggap hilang dan diduga tewas. Situation yang semakin memburuk ini memicu pertanyaan tentang kapan dan bagaimana kedua belah pihak akan memulai negosiasi untuk fase kedua dari perjanjian gencatan senjata, yang diyakini sangat diperlukan untuk menghentikan kekerasan lebih lanjut.

Dengan pertukaran yang baru saja terjadi, harapan akan tercapainya perdamaian masih tipis, namun menjadi satu-satunya harapan bagi banyak orang yang terjebak dalam ketidakpastian dan kekejaman konflik ini. Apakah upaya ini akan berlanjut dan membuahkan hasil, atau justru berujung pada ketidakstabilan yang lebih besar, menjadi perhatian utama bagi masyarakat internasional.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button