Dunia

Hamas: Israel Tak Akan Lanjutkan Perang, Banyak Tentara Zionis Disandera

Hamas percaya bahwa Israel tidak akan melanjutkan konflik yang berkepanjangan pasca gencatan senjata tahap pertama yang telah disepakati. Dalam pernyataannya, Wakil Kepala Kantor Biro Politik Hamas, Mousa Abu Marzouk, menegaskan bahwa kemungkinan perang akan berlanjut sangat kecil. Ia mengungkapkan keyakinannya bahwa keputusan Israel untuk tidak melanjutkan perang berkaitan dengan banyaknya tentara Israel yang masih disandera oleh Hamas di Gaza.

Gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai pada 15 Januari lalu, berlangsung selama 42 hari. Dalam periode tersebut, Hamas telah membebaskan 33 sandera yang merupakan warga Israel. Sebagai imbalannya, Israel melepaskan sekitar 1.000 tahanan Palestina, termasuk individu yang menjalani hukuman penjara seumur hidup.

Salah satu faktor yang membuat Marzouk yakin gencatan senjata akan berlanjut adalah situasi di lapangan di mana lebih dari 60 sandera Israel masih berada di tangan Hamas. Marzouk menekankan bahwa Israel memiliki kepentingan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata tahap kedua demi memastikan keselamatan tentara mereka yang masih ditangkap. Ia menyatakan, “Saya mengesampingkan kemungkinan perang akan berlanjut setelah tahap pertama.”

Beberapa pengamat menyebut bahwa situasi ini menciptakan dilema bagi Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Dalam pandangan Marzouk, IDF tidak akan berani melanjutkan serangan dengan risiko besar bahwa mereka dapat membunuh sandera yang masih ditahan. “Tentara Israel tidak akan bertempur saat rekan-rekannya disandera,” imbuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas utama pasukan adalah menyelamatkan para rekan mereka yang terkurung, dibandingkan dengan melanjutkan serangan.

Dari sudut pandang internasional, perundingan untuk gencatan senjata tahap kedua telah dimulai. Menurut informasi dari Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, diskusi tersebut berlangsung pada Senin, 3 Februari 2025. Namun, laporan dari beberapa media Barat menyebutkan bahwa Israel belum merencanakan untuk mengirim delegasi ke Doha guna membahas gencatan senjata ini. Tindakan tersebut bisa mencerminkan ketidakpastian dalam arah kebijakan Israel ketika berhadapan dengan ancaman yang ada.

Berdasarkan pernyataan Marzouk, situasi yang ada menimbulkan implikasi besar tidak hanya bagi Hamas dan Israel, tetapi juga bagi stabilitas kawasan secara keseluruhan. Keberadaan lebih dari 60 sandera bisa mempengaruhi seluruh dinamika konflik yang ada, serta membuat pengambilan keputusan menjadi lebih kompleks di pihak Israel.

Penilaian Marzouk tentang keengganan Israel untuk melanjutkan perang karena mempertimbangkan nasib tentara yang disandera ini berakar pada fakta bahwa tentara yang terkurung adalah elemen penting dalam struktur militer Israel. Ini menunjukkan pentingnya aspek humanis dalam konflik bersenjata, di mana kehidupan para tentara menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan strategis.

Ketegangan tetap ada, dan perimbangan antara keinginan untuk mencapai kemenangan militer dan tanggung jawab moral terhadap sandera akan terus menjadi pusat perhatian dalam diskusi-diskusi mendatang. Sementara itu, banyak pihak di dalam dan luar wilayah menunggu keputusan dari gencatan senjata tahap kedua agar situasi di Gaza dapat mencapai solusi damai yang lebih permanen.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button