Dunia

Hamas Tunda Bebaskan Sandera, Warga Israel Demo Kecam Netanyahu

Warga Israel menggelar demonstrasi di Kota Tel Aviv pada Senin malam (10/2/2025), mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah kelompok Hamas mengumumkan penundaan pembebasan sandera. Penundaan tersebut terjadi karena Israel dianggap gagal memenuhi komitmennya dalam kesepakatan gencatan senjata. Aksi demonstrasi ini dipicu oleh kekhawatiran dan kemarahan keluarga sandera yang merasa hak mereka untuk mendapatkan kepastian atas keselamatan anggota keluarga mereka diabaikan.

Einav Zangauker, salah satu demonstran yang juga merupakan orang tua dari sandera, Matan, menuduh Netanyahu melakukan sabotase terhadap kesepakatan pembebasan sandera demi kepentingan politiknya. “Perdana menteri melakukan segalanya untuk mengorbankan putra saya Matan dan semua sandera demi kekuasaannya,” ungkap Zangauker. Demonstrasi ini mencerminkan frustrasi yang mendalam di kalangan keluarga sandera yang merasa terjebak dalam permainan politik.

Kecemasan di kalangan warga semakin meningkat setelah deklarasi Hamas. Gili Roman, seorang kerabat dari sandera Yarden Roman Gat, yang dibebaskan pada November 2023, mengekspresikan harapannya agar proses pembebasan dapat dilanjutkan tanpa hambatan. “Kami sangat senang dengan kesepakatan ini. Kami mulai terbiasa melihat warga kami pulang terkadang dalam kondisi yang mengerikan, tapi hidup,” kata Roman. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kesepakatan tersebut bagi keluarga yang menjalin harapan terhadap keselamatan orang-orang terkasih mereka.

Sebelumnya, pejabat senior Hamas, Basem Naim, juga mengisyaratkan bahwa Netanyahu sengaja berupaya menggagalkan proses gencatan senjata. Dia menuduh Israel menunda negosiasi gencatan senjata tahap kedua yang seharusnya dilaksanakan pekan lalu. Menurutnya, delegasi Israel yang terlibat dalam negosiasi tidak memiliki wewenang untuk menyepakati hal-hal penting terkait fase kedua gencatan senjata. “Saya kira, semua pengamat yang netral akan melihat dengan jelas bahwa Israel sengaja menyabotase kesepakatan tersebut,” tegas Naim.

Penundaan pembebasan sandera ini pun berimbas pada situasi keamanan yang lebih tegang di Israel. Militer Israel meningkatkan siaga tinggi untuk mengantisipasi potensi reaksi dari Hamas serta kemungkinan serangan lebih lanjut. Pihak militer menunjukkan kekhawatiran yang mendalam terkait situasi ini, menegaskan bahwa mereka tetap fokus pada upaya menjaga keamanan warganya.

Aksi demonstrasi ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Warga Israel telah beberapa kali menunjukkan ketidakpuasan terhadap tindakan pemerintah dan kebijakan Netanyahu sehubungan dengan konflik berkepanjangan di kawasan tersebut. Demonstrasi kali ini mencerminkan kekecewaan yang semakin mendalam terhadap kepemimpinan Netanyahu serta keputusan-keputusan yang dianggap merugikan warga Israel.

Sementara itu, beberapa analis politik melihat bahwa ketegangan ini menciptakan tantangan tersendiri bagi Netanyahu dalam mempertahankan dukungan publik. Kebangkitan aksi protes menunjukkan bahwa rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dalam menangani isu-isu krusial, terutama terkait nasib sandera. Semakin banyak warga yang menuntut transparansi dan komitmen nyata dari pemerintah dalam memenuhi harapan mereka.

Dengan latar belakang situasi ini, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah Israel dan Hamas, untuk mencapai kesepakatan yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak. Kesinambungan gencatan senjata dan pembebasan sandera harus menjadi prioritas utama demi keamanan dan kesejahteraan masyarakat sipil di kedua belah pihak. Penundaan yang terus berlanjut hanya akan menambah ketegangan dan memperpanjang penderitaan di tengah situasi yang sudah sulit ini.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button