Hamdan Hamedan Jadi Sorotan: Ahmad Dhani, Fokus Pada Skill Sepakbola!

Jakarta, Podme.id – Pernyataan Ahmad Dhani mengenai program naturalisasi pemain Timnas Indonesia memicu diskusi hangat di kalangan pengamat sepakbola dan juga masyarakat. Dalam rapat dengan Kemenpora dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, Dhani yang merupakan anggota Komisi X DPR RI, menyarankan agar PSSI mengurangi jumlah pemain naturalisasi dengan kulit berwarna-putih. Menurutnya, hal tersebut tidak mencerminkan identitas bangsa dan dinilai kurang enak dilihat.

“Usul saya kurangilah pemain yang bule, dalam tanda kutip yang berambut pirang, mata biru, karena menurut saya untuk bermain di Timnas Indonesia itu kurang enak dilihat,” ucap Ahmad Dhani. Dia merekomendasikan agar PSSI lebih aktif mencari pemain naturalisasi yang karakteristik fisiknya lebih mirip dengan mayoritas penduduk Indonesia, seperti dari Korea atau Afrika. “Kalau bisa dicari yang mungkin rasnya mirip-mirip dengan kita,” tambahnya.

Menanggapi pernyataan Dhani, Hamdan Hamedan, Penasihat Strategi Kebijakan Menpora, memberikan respons tegas. Dalam unggahan di Instagramnya, Hamdan menjelaskan bahwa dalam sepakbola, tolak ukur utama bukanlah warna kulit, melainkan kemampuan atau skill yang dimiliki pemain. “Sepak bola itu tak ada urusannya dengan warna kulit, warna mata, atau warna rambut. Yang penting skill mainnya,” ungkap Hamdan.

Hamdan menegaskan, kualitas permainan jauh lebih penting dibandingkan penampilan fisik. Ia memberikan analogi dengan dunia musik, di mana kualitas karya menjadi fokus utama dibandingkan penampilan fisik artis. “Sama kayak musik, tak peduli musikusnya berambut pirang, hitam, atau biru, yang penting musiknya enak didengar,” tegasnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sepakbola, kemenangan ditentukan oleh kemahiran dan strategi, bukan oleh latar belakang ras atau etnis pemain.

Lebih jauh, Hamdan juga menunjukkan bahwa ketidakberpihakan dalam hal warna kulit merupakan langkah penting untuk mendorong inklusi dan keberagaman di dunia olahraga. Kebijakan yang berfokus pada skill dan potensi bakat bisa menciptakan atmosfer kompetisi yang lebih sehat. “Yang penting bukan benihnya, tapi bagaimana bibitnya dibina, skill ditempa, kerja keras dilatih, dan kecerdasan bermain di lapangan diasah,” jelasnya.

Ada beberapa poin yang dapat disimak dari pernyataan Hamdan Hamedan:

  1. Sepakbola adalah tentang skill: Kemampuan individu di lapangan harus menjadi prioritas utama dalam pemilihan pemain.
  2. Kediversifikasian dalam tim: Menyusunnya tidak harus terjebak dalam warna kulit, melainkan dalam kemampuan dan dedikasi untuk tim.
  3. Analogi dengan dunia musik: Menunjukkan bahwa kualitas lebih penting daripada penampilan, yang relevan dalam konteks sepakbola.
  4. Fokus pada pengembangan pemain: Mengutamakan pengembangan skill melalui pelatihan dan pengalaman di lapangan, bukan pada latar belakang etnis atau ras.

Pernyataan dua tokoh ini mencerminkan pandangan yang berbeda dalam pandangan terhadap keberagaman di sepakbola Indonesia. Sementara Ahmad Dhani berpegang pada aspek identitas budaya, Hamdan Hamedan justru lebih memfokuskan pada kualitas permainan yang dapat membawa timnas Indonesia lebih maju di pentas internasional.

Keberagaman dalam tim olahraga seharusnya dianggap sebagai kekuatan, bukan sebagai penghalang. Dalam dunia yang semakin global, kolaborasi antara berbagai budaya dan latar belakang bisa menghasilkan tim yang lebih dinamis dan inovatif. Kualitas dan kemampuan harus lebih diutamakan, untuk menciptakan perkembangan olahraga yang lebih baik di Indonesia. Diskusi ini diharapkan dapat memperkaya pandangan serta kebijakan terkait pengembangan sepakbola di tanah air.

Exit mobile version