
Palembang, Podme.id – Kontroversi yang melibatkan YouTuber Willie Salim semakin memanas setelah konten memasak rendang seberat 200 kilogram yang dipublikasikan di kanalnya menuai banyak kritik. Video tersebut, yang awalnya dimaksudkan sebagai aksi berbagi dan promosi kuliner, justru berujung pada cemoohan di media sosial yang berdampak buruk bagi citra kota Palembang. Hard Gumay, seorang publik figur dan peramal asal Palembang, tidak tinggal diam dan berani menyampaikan ketidakpuasannya mengenai situasi ini.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah pada 24 Maret 2025, Hard Gumay dengan tegas menyatakan bahwa konten tersebut telah mencoreng nama Palembang dan menyebabkan masyarakat setempat menjadi target perundungan di ranah digital. “Halo wong kito galo, apo kabar? Aku Hard Gumay, aku asli orang Palembang. Belakangan ini kota Palembang kota kito tercinto jadi sorotan, bahkan dibully, dihina, dicaci maki se-Indonesia,” ungkapnya.
Pria berusia 36 tahun itu secara blak-blakan menyebut Willie Salim sebagai penyebab kerusuhan yang menimpa nama baik kampung halamannya. Ia merasa marah dan tidak terima atas dampak negatif yang timbul akibat konten yang viral tersebut. “Aku dak terimo, ini gara-gara konten kreator yang buat konten di kota Palembang, namanya Willie Salim. Gara-gara kau, kota Palembang aku tercinto, namonyo jadi buruk jadi dihina, dibully, se-Indonesia,” tambah Hard Gumay.
Sikap skeptis Hard Gumay tidak hanya berfokus pada konten Willie Salim saja, tetapi juga pada masyarakat yang masih mendukung dan menerimanya setelah situasi yang tidak menguntungkan ini. “Ini wong susah payah loh ngebaguskan nama Palembang. Gara-gara kau nama Palembang jadi rusak. Ini anehnya ada orang yang masih nerimo, aku dak ngerti ngapo nerimo,” ujarnya dengan nada kecewa.
Sebagai langkah proaktif, Hard Gumay menekankan pentingnya kepemimpinan yang baik untuk menjaga marwah daerah. Ia menyebut Edy Santana Putra sebagai sosok yang dipandang ideal untuk memimpin provinsi Sumatera Selatan. “Coba contohnya Bapak Edy Santana Putra misalkan, jadi gubernur Sumatera Selatan,” sebutnya, sembari menegaskan perlunya memperbaiki citra Palembang di mata publik.
Kontroversi ini juga mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan. Banyak warganet yang memposting berbagai komentar dan meme lucu tentang insiden tersebut, menunjukkan bahwa masalah ini telah menjadi bahan perbincangan hangat di dunia maya. Beberapa di antaranya malah memperlihatkan kepedulian mereka terhadap citra daerah, berani bersuara menanggapi tindakan yang dianggap merugikan.
Selain itu, Hard Gumay mendesak Willie Salim untuk memberikan klarifikasi atas konten yang telah memicu kecaman tersebut. Ia berharap bahwa setiap publik figur memiliki tanggung jawab besar terhadap dampak dari karya-karya yang mereka sajikan kepada masyarakat. “Coba lah Willie Salim kau klarifikasi,” tutup Hard Gumay dengan harapan mendapatkan penjelasan yang jelas dari pihak Willie.
Kejadian ini merupakan pengingat bahwa dalam era digital saat ini, setiap konten yang dipublikasikan dapat langsung berefek luas, tidak hanya pada individu namun juga kepada seluruh komunitas. Nama Palembang kini terjebak dalam debat publik yang melibatkan banyak suara, menyisakan pertanyaan tentang bagaimana tanggung jawab sosial seharusnya dijalankan oleh setiap konten kreator dalam menyajikan karya mereka kepada masyarakat.