Bisnis

Harga Emas Dunia Anjlok, Investor Lakukan Likuidasi Masif!

Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan yang terjadi pada Senin, 27 Januari 2025. Penurunan ini terjadi setelah harga emas sempat mendekati rekor tertinggi. Investor melakukan aksi likuidasi besar-besaran, yang dipicu oleh pergerakan pasar saham global yang tidak stabil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari CNBC International, harga emas spot turun sebesar 1,3% menjadi US$ 2.736,75 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS mengalami penurunan lebih dalam hingga 1,5% yang berakhir di US$ 2.738,40 per ons. Hal ini menandakan adanya tekanan terhadap harga emas setelah sebelumnya mencatatkan level tertinggi pada Jumat, 24 Januari 2025.

Salah satu faktor utama yang menyumbang pada penurunan harga emas adalah aksi jual masif di pasar saham. Investor tampaknya lebih memilih untuk mencari likuiditas setelah adanya peningkatan minat terhadap perusahaan teknologi kecerdasan buatan, DeepSeek, yang berasal dari China. Ketidakstabilan pasar saham ini memicu banyak investor untuk menjual aset-aset berisiko, termasuk emas.

Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek, menjelaskan bahwa aksi jual di pasar kali ini lebih dipengaruhi oleh dinamika pasar saham daripada faktor lain seperti suku bunga atau nilai tukar mata uang. Melek menyatakan, "Beberapa investor mungkin terpaksa mencari likuiditas karena saham yang mereka gunakan untuk leverage mengalami pergerakan drastis. Akibatnya, emas juga ikut dijual bersama aset berisiko lainnya."

Berikut adalah beberapa poin yang menjadi perhatian terkait situasi harga emas saat ini:

  1. Aksi Likuidasi: Aksi likuidasi besar-besaran ini terjadi menjelang pertemuan kebijakan pertama Federal Reserve (The Fed) yang akan berlangsung pada Rabu, 29 Januari 2025. Sebagian besar analis memperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan.

  2. Kondisi Pasar Saham: Penurunan harga emas terjadi di tengah koreksi tajam di pasar saham global, di mana banyak investor menjual saham dan aset lainnya untuk menghindari kerugian lebih lanjut.

  3. Imbal Hasil Obligasi: Penurunan harga emas juga berimplikasi pada imbal hasil obligasi AS, yang mencapai level terendah dalam tiga minggu terakhir. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi investor dari aset yang lebih aman menuju instrumen keuangan yang lebih berisiko.

  4. Indeks Dolar AS: Selain itu, indeks dolar AS melemah ke posisi terendahnya sejak 18 Desember, yang biasanya berdampak sebaliknya terhadap harga emas.

Meskipun harga emas dunia saat ini mengalami penurunan, permintaan terhadap logam mulia ini sebagai aset ‘safe haven’ tetap kuat. Dalam kondisi ketidakpastian yang berlangsung, termasuk kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, diperkirakan akan ada lonjakan permintaan kembali. Kebijakan tarif Trump bisa berpotensi meningkatkan inflasi, mendorong investor untuk kembali mengalihkan aset mereka ke emas.

Tekanan ini menciptakan keraguan di kalangan investor mengenai arah kebijakan ekonomi di masa mendatang. Jika ketidakpastian terus berlanjut, banyak yang berpendapat bahwa harga emas masih memiliki peluang untuk mencetak rekor tinggi di masa depan, tergantung pada bagaimana perkembangan di pasar saham dan keputusan kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button