Dalam upaya mengatasi oversupply semen di Indonesia, Hashim S. Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, menegaskan pentingnya program pembangunan perumahan. Dalam acara ESG Sustainability Forum 2025 yang diadakan di Jakarta, ia menyampaikan komitmen kuat pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto untuk meluncurkan program 3 juta rumah setiap tahunnya. Program ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat, tetapi juga untuk memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Hashim menyatakan bahwa dukungan dari berbagai negara, termasuk Qatar dan Uni Emirat Arab, telah diperoleh dalam bentuk komitmen pembiayaan untuk pembangunan tersebut. “Kami telah mendapatkan komitmen nyata dari pemerintah Qatar dan sektor swasta untuk membangun antara 4 juta hingga 6 juta unit rumah, serta dukungan dari Uni Emirat Arab untuk 1 juta unit,” ungkap Hashim. Komitmen dari negara-negara seperti Cina, Turki, dan India juga dipandang sebagai potensi untuk memperkuat inisiatif ini.
Salah satu dampak positif dari program 3 juta rumah adalah peningkatan permintaan semen. “Program perumahan ini akan meningkatkan permintaan semen, sehingga membantu mengatasi masalah oversupply yang saat ini dihadapi oleh industri semen domestik,” kata Hashim. Permasalahan oversupply semen menjadi perhatian serius karena dapat mempengaruhi stabilitas pasar semen dan industri terkait. Dengan adanya program ini, diharapkan industri semen bisa terbantu dan secara bersamaan menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat.
Selain itu, Hashim juga mengingatkan pelaku industri untuk menjaga aspek lingkungan, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. “Kita harus memperhatikan dampak dari produksi semen yang terus berjalan, yang tentunya menghasilkan emisi,” tegasnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri harus sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Di acara yang sama, Donny Arsal, Direktur Utama Semen Indonesia Group (SIG), menjelaskan langkah-langkah yang diambil perusahaannya dalam menerapkan praktik bisnis berkelanjutan melalui pilar-pilar Environmental, Social, and Governance (ESG). SIG sudah memiliki Sustainability Roadmap 2030 yang menargetkan pengurangan emisi karbon dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. “Kami terus berupaya menurunkan tingkat emisi karbon per ton produk kami melalui pengurangan konsumsi energi dan peningkatan produktivitas,” katanya.
Donny menambahkan bahwa SIG berkomitmen untuk memproduksi semen hijau yang emisinya 21% hingga 38% lebih rendah dibandingkan semen konvensional. Inisiatif ini juga didukung oleh penggunaan bahan baku alternatif serta sumber energi terbarukan. “Kami menawarkan solusi pembangunan rumah berkelanjutan dengan produk seperti bata interlock presisi, yang efisien dan ramah lingkungan,” ujarnya.
SIG juga berhasil melakukan konversi pembiayaan perusahaan ke Sustainability Linked Loan (SLL), yang merupakan langkah konkret menuju dekarbonisasi. “Usaha kami dalam pencegahan pemanasan global dan pengurangan emisi gas rumah kaca telah mendapatkan validasi dari lembaga internasional, Science-Based Target initiatives (SBTi),” jelas Donny. Keberhasilan ini menjadikan SIG sebagai perusahaan pertama di industri bahan bangunan Indonesia yang memiliki validasi ini.
Dengan perspektif yang positif terhadap inisiatif perumahan dan keberlanjutan, program 3 juta rumah diharapkan tidak hanya mengatasi masalah oversupply semen, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Kerjasama antar negara dan komitmen industri yang kuat terhadap praktik berkelanjutan dapat menjadi kunci dalam mencapai tujuan tersebut. Kebijakan yang dicanangkan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, menciptakan sinergi antara kebutuhan perumahan dan keberlanjutan lingkungan.