Publik tengah ramai membicarakan pernyataan Hotman Paris Hutapea setelah kunjungannya ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dalam video yang beredar, Hotman mengungkapkan niatnya untuk mendirikan kelab malam di IKN, yang ia sebut bernama Holywings, sebagai alasan untuk mendesak pemerintah melanjutkan pembangunan IKN.
Dalam pernyataannya, Hotman berkelakar bahwa IKN belum memiliki tempat untuk bersosialisasi, seperti kelab malam, dan situs tersebut seharusnya memiliki fasilitas tersebut agar dapat menghibur masyarakat dan para pekerja. “Kalau nggak stres Pak, kalau gak ada tempat berdansa. Jadi Hotman di sini lagi cari tempat untuk berdansa,” jelasnya sambil menunjukkan lokasi-lokasi menarik lain di IKN.
Pernyataan Hotman menjadi sorotan publik karena di tengah kekhawatiran bahwa proyek pembangunan IKN bisa terhenti akibat pengurangan anggaran yang diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dody Hanggodo. Pengacara ini pun secara blak-blakan meminta pihak pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, untuk meneruskan proyek pembangunan IKN.
Meski Hotman optimis dengan rencana tersebut, tanggapan publik didominasi oleh skeptisisme. Banyak netizen yang langsung menanggapi pernyataan Hotman dengan menyarankan agar ia sendiri yang mencari investor untuk proyek tersebut, bukan hanya meminta pemerintah melanjutkan pembangunan. Salah satu pengguna akun X menyatakan, “Suruh aja bang Hotman yang cari investornya, sekalian buka New Vegas kan banyak dapat pajak untuk negara.”
Komentar lain juga muncul dengan nada yang sama. “Suruh danain pakai uang dia saja, jangan pakai APBN,” tulis seorang netizen dengan nada sarkastis. Selain itu, ada yang mengingatkan akan penggunaan dana publik, dengan menyatakan, “Triliunan uang rakyat itu dihamburkan untuk bangun kota administrasi negara, bukan untuk tempat dugem.”
Dari respon publik, tampak bahwa kontroversi mengenai pembangunan IKN semakin tajam dengan munculnya ketidakpastian seputar siapa yang akan bertanggung jawab atas pendanaan dan keberlanjutan proyek tersebut. Sebagian besar netizen menyatakan bahwa akan lebih baik jika investor swasta, seperti Hotman, yang mengambil inisiatif dan risiko, ketimbang menggantungkan pada anggaran negara yang terbatas.
Secara keseluruhan, pernyataan Hotman Paris mengubah fokus diskusi tentang IKN dari sekadar proyek pemerintah menjadi arena bagi investor swasta untuk berperan aktif. Dengan cita-cita romantis untuk menciptakan tempat hiburan, Hotman tampaknya mengajak publik untuk mempertimbangkan peran swasta dalam pengembangan IKN. Namun, dukungan untuk inisiatif privat masih memerlukan kejelasan dan komitmen dari upaya penggalangan investor yang selama ini menjadi harapan publik.
Menanggapi hal ini, Hotman sesungguhnya telah menarik perhatian pada satu isu penting: bagaimana melibatkan sektor privat dalam membangun IKN, sekaligus mengingatkan bahwa keberhasilan proyek ini memerlukan kolaborasi yang lebih nyata antara pemerintah dan masyarakat. IKN diharapkan bukan hanya menjadi proyek simbolis, tetapi juga pusat ekonomi yang dapat mensejahterakan seluruh masyarakat.