
Riefian Fajarsyah, lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, baru-baru ini menjelaskan alasan di balik penerimaan tawaran untuk menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Produksi Film Negara (PFN). Dalam pengakuannya, Ifan mengungkapkan bahwa keputusannya untuk mengambil peran tersebut didorong oleh rasa tanggung jawab dan keinginan untuk berkontribusi lebih terhadap bangsa dan negara.
“Saya merasa sudah terlalu lama hidup enak di negara yang kita cintai ini, saatnya untuk melakukan timbal balik dengan cara mengabdi. Jadi begitu saya ditawarkan, saya rasa ini kesempatan untuk pengabdian yang saya yakini,” ungkap Ifan melalui akun Instagram-nya. Sebelum penunjukannya, terdapat beberapa calon pemimpin yang menolak posisi Dirut PFN, meletakkan beban tanggung jawab tambahan di pundak penyanyi tersebut.
Meskipun dikenal sebagai penyanyi, Ifan memiliki pengalaman yang cukup di dunia kreatif dan produksi. Dia menjelaskan telah menyutradarai beberapa video musik untuk bandnya, Seventeen, dan menjabat sebagai eksekutif produser untuk dua film. “Berbekal pengalaman menjadi direktur utama di dua perusahaan di bidang kreatif dan rumah produksi, serta gelar sarjana manajemen, saya memantaskan diri untuk pengabdian ini,” lanjutnya.
Satu pernyataan menarik dari Ifan adalah bahwa menjadi seorang dirut tidak harus dipegang oleh individu yang memiliki keahlian khusus dalam industri yang bersangkutan. Dia menyebutkan bahwa dirut sebelumnya berasal dari sektor telekomunikasi dan bahkan ada yang berasal dari industri migas. “Dirut sebelumnya dapat memimpin dan menjalankan PFN dengan sangat luar biasa meskipun tidak berhubungan langsung dengan dunia perfilman,” katanya.
Ifan menegaskan pentingnya kemampuan manajemen dan membangun tim yang solid, serta menentukan arah perusahaan, terlepas dari latar belakang industri. Menurutnya, “Contoh, dirut rumah sakit tidaklah harus seorang dokter, tapi wajib dikelilingi para dokter yang ahli untuk bidang jasa yang memang jadi ranahnya.”
Namun, tantangan yang dihadapi Ifan di PFN cukup berat. Saat ini, PFN memiliki utang puluhan miliar rupiah, dan keterlambatan penggajian serta tunjangan hari raya menjadi masalah serius bagi perusahaan tersebut. PFN, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tidak mendapatkan dukungan dari anggaran negara, sehingga ketidakmampuan perusahaan memenuhi target bisnis langsung berdampak pada gaji karyawan dan direksi.
Jika tidak ada yang memenuhi syarat untuk memimpin, Ifan meminta kesempatan untuk melanjutkan tugasnya. “Apabila saya rasa ada orang yang lebih mampu menggantikan saya, saya akan mundur. Namun jika belum ada, tolong biarkan saya bekerja. Karena saya tidak akan mundur dari sebuah penugasan seberat apapun situasinya,” ujarnya dengan tegas.
Dengan memastikan niat dan komitmennya untuk membawa perubahan positif di PFN, Ifan berharap bisa mereformasi kondisi yang ada dan mendorong perusahaan menuju arah yang lebih baik. Keberanian dan tekadnya untuk menghadapi tantangan yang ada menjadi bukti bahwa dia berusaha untuk tidak hanya dikenal sebagai musisi, tetapi juga sebagai pemimpin yang bisa diandalkan di sektor kreatif.
Dengan berbagai tantangan yang masih harus dihadapi, langkah awal Ifan sudah tergambar melalui rencananya untuk menata kembali PFN dan memberikan kontribusi yang nyata bagi industri film di Indonesia. Harapan agar PFN mampu beroperasi lebih baik di masa mendatang menjadi titik fokus dari kepemimpinan baru Ifan di perusahaan tersebut.