
Jakarta, Podme.id – Kabar mengenai Ifan Seventeen yang ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) telah mengejutkan para penggemar dan netizen. Meskipun dikenal luas sebagai penyanyi, penunjukan Ifan menimbulkan reaksi beragam di media sosial. Kritikan merambah, terutama mengenai latar belakang Ifan yang bukan berasal dari industri film, yang dinilai seharusnya menjadi faktor penting dalam pemilihan posisi strategis di PFN.
Berita ini pertama kali mencuat di berbagai akun media sosial, termasuk akun terkenal seperti @lambe_turah. Dalam waktu singkat, ribuan komentar menghujani unggahan tersebut. Banyak netizen yang mempertanyakan keputusan ini, dengan sejumlah komentar mengekspresikan kekecewaan terhadap pemilihan Ifan sebagai pemimpin di PFN. Dalam pandangan mereka, terdapat banyak tokoh berbakat dari industri perfilman yang lebih layak untuk mengisi posisi tersebut.
Beberapa komentar yang muncul di kolom respons antara lain menyebutkan nama-nama besar dalam perfilman Indonesia seperti Hanung Bramantyo, Garin Nugroho, Christine Hakim, dan Reza Rahadian, yang dianggap lebih pantas dibandingkan Ifan. “Dari penyanyi ke dirut perfilman? Kan ada Mirles, Riri Riza, Hanung Bramantyo, Reza Rahardian sebagai aktor terbaik. WHY, WHY pak?” tulis salah satu netizen, menunjukkan kekecewaannya.
Kendati demikian, penunjukan Ifan sepertinya telah dikukuhkan, terbukti dari postingan yang diunggah oleh akun Instagram @ivolks_creative. Dalam unggahan tersebut, terdapat foto Ifan yang sedang berada di gedung PFN diiringi karangan bunga ucapan selamat. “Selamat bertugas Riefian Fajarsyah/ Ifan Seventeen (Co Founder iVolks Creative) atas jabatan barunya sebagai Direktur Utama Produksi Film Negara! Semoga sukses dan dapat lebih memajukan industri film Indonesia,” demikian bunyi keterangan yang menyertai foto tersebut.
Kementerian BUMN juga menyampaikan penjelasan mengenai pemilihan Ifan sebagai Dirut PFN, meskipun belum ada pernyataan resmi yang lebih rinci tentang dasar keputusan tersebut. Publik masih menunggu klarifikasi lebih lanjut terkait kebijakan yang diambil serta harapan dan arah yang akan dibawa oleh Ifan untuk menakhodai PFN.
Jika kita melihat dari sudut pandang strategis, penunjukan sosok publik yang dikenal seperti Ifan Seventeen memiliki potensi untuk menarik perhatian masyarakat terhadap PFN dan industri film secara keseluruhan. Namun, banyak yang beranggapan bahwa pengetahuan dan pengalaman yang mendalam dalam bidang perfilman adalah syarat utama bagi seorang direktur utama di institusi yang berfokus pada produksi film. Tarik ulur antara inovasi dan kepakaran menjadi isu hangat yang terus diperbincangkan di kalangan masyarakat.
Dalam menghadapi kritik ini, Ifan Seventeen sendiri tampaknya memilih untuk tetap produktif dan berfokus pada tugas barunya. Ia dikenal sebagai sosok yang mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan, mengingat rekam jejaknya yang tidak hanya terbatas di dunia musik. Sebagai musisi yang sudah aktif di industri selama bertahun-tahun, pengalaman Ifan dalam manajemen dan kreatif juga bisa menjadi aset berharga bagi PFN.
Secara keseluruhan, persoalan ini menjadi refleksi yang menarik mengenai bagaimana suatu lembaga publik memilih pemimpin mereka. Jika selama ini pengalaman dan latar belakang menjadi ukuran, kepentingan inovasi melalui sosok yang lebih dikenal publik juga bisa menjadi pertimbangan baru di era digital ini. Netizen dan pengamat perfilman akan terus mengawasi langkah Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN dan berharap adanya perbaikan serta pembaruan yang membawa perubahan positif bagi industri perfilman Indonesia ke depannya.