
Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, mengungkapkan kondisi perusahaan yang dipimpinnya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pernyataan tersebut disampaikan melalui akun Instagram resminya sebagai respons terhadap kritik dari netizen setelah dia ditunjuk sebagai pimpinan perusahaan BUMN. Ifan, yang dikenal sebagai musisi, kini harus menghadapi tantangan besar dalam memimpin PFN yang memiliki banyak masalah.
Ifan menjelaskan bahwa PFN sedang mengalami masalah utang yang signifikan, dengan nilai utang mencapai puluhan miliar rupiah. “PFN adalah perusahaan yang masih bleeding. Utang yang masih menumpuk, beberapa kewajiban pembayaran gaji ke belakang, utang vendor, BPJS, hingga THR yang sampai saat ini belum tersampaikan untuk seluruh pegawai, ini persoalan yang secara otomatis berpindah ke pundak saya setelah pelantikan,” ungkapnya. Situasi ini semakin diperparah oleh fakta bahwa beberapa pegawai hanya menerima gaji sebesar 30% hingga 40% dari nilai penuh mereka selama beberapa bulan terakhir, apabila target perusahaan tidak tercapai.
Kondisi fisik kantor PFN pun tidak memungkinkan untuk mendukung operasional yang optimal. Ifan menyatakan bahwa bangunan kantor sudah tua dan peralatan shooting usang, yang membuat perusahaan tidak dapat berfungsi dengan baik. “Jika tidak memenuhi target, memang sudah menjadi konsekuensi pembayaran gaji pun harus direlakan para karyawan maupun direksi untuk dibayarkan tidak secara full,” jelasnya.
Ifan menegaskan bahwa PFN bukanlah perusahaan yang menerima suntikan dana dari APBN, melainkan bergantung pada pendanaan yang mandiri. Oleh karena itu, dia menyadari pentingnya melakukan perbaikan menyeluruh untuk membawa perusahaan kembali ke jalur yang benar. Dalam menghadapi kritik bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman di dunia film, Ifan memberikan pandangannya bahwa seorang direksi tidak harus ahli dalam bidang tersebut. “Sejatinya seorang direktur utama bukan hanya jabatan untuk seorang yang expert di bidang tersebut. Tapi sebaliknya, harus mempunyai keahlian yang sifatnya di bidang manajerial dan strategis,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ifan menyampaikan bahwa sebagai direktur utama, dia bertanggung jawab untuk merancang peta jalan perusahaan ke depan, serta menjalin komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan. Ia membandingkan perannya dengan seorang direktur rumah sakit yang tidak harus seorang dokter, tetapi harus dikelilingi oleh tim yang ahli.
Dalam unggahannya, Ifan juga menyatakan bahwa dia bersedia mundur jika ada orang lain yang merasa lebih mampu untuk menduduki jabatan tersebut. “Saya memberikan kesempatan bagi siapa pun yang merasa mampu sebagai pengganti. Pintu PFN selalu terbuka lebar,” ujarnya. Namun, dia juga menekankan bahwa hingga saat ini, belum ada kandidat yang datang untuk mengambil alih posisinya.
Ifan menambahkan bahwa ia tidak akan mundur dari tugas yang diembannya meskipun menghadapi situasi yang sangat sulit. “Saya tidak akan mundur dari sebuah penugasan seberat apapun situasinya sampai titik ujung perjuangan,” tegasnya. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, dia berkomitmen untuk berusaha memperbaiki kondisi PFN demi masa depan yang lebih baik.
Situasi yang dihadapi Ifan dan PFN mencerminkan tantangan yang kompleks dalam mengelola BUMN, terutama dalam industri kreatif yang selalu berubah. Keterbukaan Ifan dalam menghadapi kritik serta kesediannya untuk mundur jika perlu menunjukkan integritasnya sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Seiring berjalannya waktu, masyarakat menantikan langkah-langkah nyata yang diambil Ifan untuk membawa PFN ke arah yang lebih positif.