
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang drastis sebesar 6,12 persen atau setara dengan 395,8 poin, tiba di level 6.076 pada sesi perdagangan di tanggal 18 Maret 2025. Penurunan ini merupakan salah satu yang terparah dalam beberapa waktu terakhir, sehingga memicu langkah cepat dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), yang melakukan pembekuan sementara perdagangan atau trading halt pada pukul 11.19 WIB. Perdagangan kemudian dilanjutkan kembali 30 menit setelahnya.
Penurunan IHSG yang signifikan ini tidak hadir tanpa alasan; terdapat berbagai faktor makroekonomi dan isu internal yang telah menjadi perhatian investor. Tim riset dari Kiwoom Sekuritas Indonesia (KSI Research) mencatat bahwa situasi ini menciptakan suasana pasar yang sangat spekulatif. Dalam laporannya, KSI menyatakan, "Saat ini status pasar masih highly speculative. Banyaknya sentimen yang bergulir membuat investor semakin nervous."
Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan tersebut diantaranya:
Gelombang PHK Massal: Menjelang Hari Raya Idul Fitri, sejumlah perusahaan besar seperti PT Adis Dimension Footwear, PT Yamaha Music Product Asia, dan PT Victory Ching Luh Indonesia telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meluas. Karenanya, kekhawatiran di kalangan investor semakin meningkat dan berimbas pada kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi.
Penurunan Peringkat Kredit: Sejumlah lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch, S&P, dan Moody’s telah menurunkan status kredit Indonesia. Penurunan ini juga didukung pernyataan dari Morgan Stanley dan Goldman Sachs yang menyebut Indonesia mengalami downgrade.
Ketidakpastian Kebijakan Suku Bunga: Investor juga berhadapan dengan ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia, Bank of Japan, dan The Federal Reserve (AS). Ada anggapan bahwa perubahan kebijakan moneter ini dapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja pasar saham ke depan.
- Rumor Pengunduran Diri Pejabat Ekonomi: Beredar informasi bahwa dua menteri ekonomi yang memegang peranan strategis dalam perekonomian nasional berencana untuk mengundurkan diri. Jika rumor ini terbukti benar, dikhawatirkan akan memperburuk kondisi pasar yang telah goyah.
Dalam menghadapi situasi ini, Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari "overweight" menjadi "market weight," dan Morgan Stanley bahkan memangkas peringkat saham Indonesia pada indeks MSCI dari "equal weight" menjadi "underweight." Hal tersebut menandakan bahwa investor global mulai menilai saham-saham Indonesia tidak menjanjikan.
Melihat keadaan pasar yang tidak menentu ini, KSI Research menganjurkan para investor untuk tetap berpegang pada strategi "hold" dan "wait and see." Mereka menyarankan agar investor menunggu hingga IHSG stabil di sekitar level 6.200 sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.
Situasi yang terjadi di IHSG menunjukkan bagaimana fluktuasi global dan sentimen negatif domestik dapat berpengaruh besar terhadap psikologi pasar. Penurunan tajam IHSG kali ini menjadi sinyal bagi investor untuk lebih berhati-hati dan menganalisis kondisi pasar secara lebih mendalam, mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul seiring dengan dinamika yang berkembang.