
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Rabu, 19 Maret 2025. Setelah sempat mengalami trading halt di sesi sebelumnya, IHSG dibuka dengan pelemahan sebesar 30,59 poin atau 0,49 persen ke level 6.192,80. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 menunjukkan kinerja yang berbeda dengan menguat tipis 1,88 poin atau 0,27 persen, berada di posisi 707,13. Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar yang masih dipenuhi oleh ketidakpastian, baik dari segi domestik maupun global.
Menganalisis pergerakan IHSG, Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memperkirakan bahwa IHSG diprediksi akan bergerak mendatar atau sideways. Hal ini terjadi seiring investor yang mencermati hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dari The Fed. Sentimen yang ditimbulkan oleh kedua pertemuan ini menjadi penentu bagi investor dalam mengambil langkah investasi.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi sentimen pasar saat ini:
Ketidakpastian Suku Bunga: Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga acuan dari dalam dan luar negeri menjadi salah satu alasan mengapa pelaku pasar enggan mengambil risiko. Pelaku pasar cenderung menahan diri hingga mendapatkan kejelasan lebih lanjut.
Isu Pengunduran Diri Sri Mulyani: Pasar sempat diguncang oleh rumor pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani. Meskipun kabar ini telah dibantah melalui konferensi pers, dampak dari isu ini masih terasa. Ketidakpastian politik dapat berdampak signifikan pada stabilitas pasar modal, yang mengakibatkan terjadinya aksi jual besar-besaran sebelumnya. Pelaku pasar harus tetap waspada agar tidak terjebak dalam skenario margin call dan forced sell.
Keputusan Suku Bunga BI: Hari ini, investor sangat menanti hasil RDG Bank Indonesia yang akan membahas kebijakan suku bunga acuannya. Apabila BI memilih untuk mempertahankan suku bunga, maka respons pasar diperkirakan tidak akan terlalu bergejolak. Namun, jika terdapat perubahan kebijakan yang tak terduga, volatilitas IHSG dapat meningkat dengan signifikan.
- Pertemuan The Fed dan Proyeksi Ekonomi AS: Dari sisi internasional, perhatian investor tertuju pada hasil pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada Kamis, 20 Maret 2025. Diperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga, tetapi publikasi ringkasan proyeksi ekonomi (Summary of Economic Projections/SEP) dapat memberikan indikasi mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Jika proyeksi ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pengetatan moneter lebih lanjut, pasar saham global, termasuk Indonesia, diharapkan akan terpengaruh.
Menanggapi berbagai dinamika ini, pelaku pasar di Indonesia sebaiknya tetap berhati-hati dan siap menghadapi potensi fluktuasi yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Investor diimbau untuk terus memantau perkembangan terkait kebijakan suku bunga baik dari dalam negeri maupun global, agar dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam berinvestasi.
Dengan kondisi pasar yang masih dihiasi oleh ketidakpastian, penting bagi investor untuk tetap berpegang pada informasi terkini dan menganalisis dengan baik setiap sentimen yang memengaruhi IHSG. Pasar yang volatil ini menuntut kewaspadaan, terutama dalam pengambilan keputusan investasi yang bisa berimplikasi pada hasil jangka pendek dan panjang.