
Penyelidikan besar-besaran yang mengguncang pemerintahan lokal Turki baru-baru ini menjerat Wali Kota Metropolitan Istanbul, Ekrem Imamoglu, dan 99 tersangka lainnya, dalam tuduhan serius yang mencakup penyuapan, penipuan, dan kejahatan terorganisasi. Situasi ini semakin menarik perhatian publik dan mediamassa, terutama karena Imamoglu selama ini dikenal sebagai rival politik yang tangguh bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang berkuasa sejak 2003.
Imamoglu, yang menjabat sebagai wali kota Istanbul sejak 2019, ditangkap dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh Kantor Kepala Kejaksaan Umum Istanbul. Penangkapan ini bukan hanya mengejutkan para pendukungnya, tetapi juga mengguncang kalangan politik dan bisnis di Turki. Penyelidikan ini dipimpin oleh 30 jaksa yang saat ini sedang memeriksa dugaan korupsi di kalangan pejabat kota, dengan empat jaksa khusus menangani aspek terkait terorisme.
Tuduhan yang dihadapi Imamoglu mencakup tidak hanya korupsi, tetapi juga manipulasi tender publik dan pencatatan data pribadi secara ilegal. Menurut putusan pengadilan, banyak tender yang dimanipulasi oleh Imamoglu melalui orang-orang terdekatnya yang mengelola anak perusahaan kotamadya Medya Inc. dan Kultur Inc. Tindakan ini dilaporkan mengakibatkan kerugian besar bagi lembaga publik, dan terdapat bukti yang menunjukkan adanya faktur palsu yang dikeluarkan.
Dari 99 tersangka yang terlibat, 84 di antaranya telah dirujuk untuk ditangkap termasuk tokoh penting dalam pemerintahan daerah. Penangkapan ini juga menggambarkan jaringan luas korupsi yang melibatkan pejabat hingga pengusaha yang berkaitan dengan kotamadya Istanbul. Lima tersangka lainnya telah menghadapi tambahan tuduhan, termasuk mendirikan dan memimpin organisasi kriminal, serta pemerasan.
Proses penangkapan ini muncul setelah penyelidikan yang panjang dan kompleks, yang melibatkan kesaksian dari sejumlah saksi, laporan dari Badan Investigasi Kejahatan Keuangan (MASAK), audit pajak, serta tinjauan secara menyeluruh terhadap tender publik. Semua bahan ini menunjukkan adanya praktik penipuan yang meluas dalam operasi pemerintahan kota yang dipimpin oleh Imamoglu.
Imamoglu sendiri telah memprotes tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai upaya politik untuk menjatuhkan reputasi dan karier politiknya. Ia berpendapat bahwa penangkapannya berpotensi menandai langkah represif terhadap oposisi di Turki, di mana kebebasan berekspresi dan hak politik sering kali terancam.
Rekan dekat Imamoglu, termasuk Wakil Sekretaris Jenderal Kota Mahir Polat, juga ditahan dengan tuduhan membantu kelompok teroris, khususnya PKK/KCK. Pengadilan menyoroti potensi pemalsuan bukti serta risiko pelarian, yang semakin memperkeruh situasi hukum yang dihadapi Imamoglu.
Situasi ini telah memicu protes di berbagai bagian Istanbul, di mana para pendukung Imamoglu menuntut pembebasannya dan mengecam tindakan pemerintah yang dianggapnya sebagai tidak adil. Kehadiran wartawan yang meliput protes ini juga berujung pada penangkapan sejumlah jurnalis, yang semakin menambah sorotan terhadap kebebasan pers di negara tersebut.
Dalam konteks yang lebih luas, penangkapan Imamoglu terjadi di tengah semakin ketatnya kontrol politik yang dilakukan oleh pemerintah Erdogan, terutama menjelang pemilihan umum mendatang di Turki. Imamoglu sendiri dinyatakan sebagai calon presiden dari partai oposisi, yang semakin menambah intensitas persaingan politik di negara tersebut.
Meski saat ini terjerat dalam masalah hukum, Imamoglu tetap menjadi sosok penting di panggung politik Turki, dan segala perkembangan kasus ini akan terus dicermati baik oleh pendukungnya maupun oleh lawan-lawan politiknya di dalam dan luar negeri.