Indonesia Bersaing Ketat: Tantangan dari India dan Nigeria!

Jakarta, Podme.id – Indonesia sedang berada di tengah persaingan ketat dengan India dan Nigeria dalam sektor adopsi aset kripto, berdasarkan laporan terbaru dari Chainalysis bertajuk ‘The 2024 Global Adoption Index’. Dalam laporan tersebut, Indonesia menempati posisi ketiga di antara 151 negara yang diukur, sementara India dan Nigeria meraih posisi pertama dan kedua.

Laporan ini merefleksikan pertumbuhan signifikan jumlah investor kripto di Indonesia yang menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir 2024, telah mencapai lebih dari 22 juta orang. Lonjakan angka ini menunjukkan meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap investasi aset kripto, yang memberikan sinyal positif bagi perkembangan industri tersebut.

Dalam konteks ini, startup lokal Pintu mengambil langkah maju dengan menyelenggarakan berbagai program edukasi dan literasi mengenai aset kripto dan teknologi blockchain. Malikulkusno Utomo, General Counsel Pintu, menyatakan, "Kami terus melakukan inovasi di berbagai produk dan fitur untuk memberikan sarana investasi kripto yang mudah dan aman untuk investor pemula hingga trader pro." Ia juga menekankan pentingnya memilih platform investasi yang terdaftar dan diawasi oleh otoritas resmi, mengingat pentingnya keamanan dalam berinvestasi.

Pintu, yang merupakan anggota Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia dan Asosiasi Blockchain (Aspakrindo-ABI), baru saja menyelenggarakan Bulan Literasi Kripto (BLK) 2025. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta, menunjukkan antusiasme yang meluas di kalangan masyarakat untuk memahami lebih jauh tentang dunia aset kripto. Menurut Sekretaris Jenderal Aspakrindo-ABI, kegiatan ini sangat positif karena mencerminkan kesadaran masyarakat akan pentingnya edukasi dalam investasi.

Data sebelumnya dari OJK juga menunjukkan angka transaksi aset kripto yang mencapai Rp44,07 triliun hanya selama bulan Januari 2025. Angka ini meningkat sebesar 104,31 persen secara tahunan, menandakan pertumbuhan yang luar biasa dalam sektor ini.

Dalam perbandingan dengan India dan Nigeria, kedua negara juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam adopsi aset kripto. India, yang memimpin indeks, telah menjadi pusat perhatian global dengan inovasi dan pertumbuhan industri fintech yang pesat. Selain itu, kebangkitan Nigeria sebagai pemimpin sektor kripto di Afrika menunjukkan bahwa pasar kripto sedang berkembang secara global dan menarik perhatian lebih banyak investor.

Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan pesat aset kripto di ketiga negara ini:

  1. Peningkatan Jumlah Investor: Baik Indonesia, India, dan Nigeria mengalami lonjakan dalam jumlah investor yang masuk ke pasar kripto.
  2. Edukasi dan Literasi: Kesadaran akan pentingnya edukasi terkait aset kripto menjadi kunci untuk memastikan investasi yang terinformasi dan aman.
  3. Dukungan Regulasi: Terutama di Indonesia, regulasi yang semakin jelas dari OJK membantu menciptakan lingkungan investasi yang lebih aman.
  4. Inovasi Teknologi: Perusahaan-perusahaan startup di ketiga negara ini terus berinovasi dalam menyediakan platform dan layanan yang mempermudah transaksi kripto.
  5. Kemandirian Ekonomi: Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Nigeria, kripto menawarkan alternatif terhadap kemandirian ekonomi di tengah fluktuasi ekonomi global.

Dalam persaingan ini, Indonesia harus terus bekerja untuk meningkatkan adopsi dan inovasi di sektor aset digital. Dengan adanya dukungan yang kuat dari lembaga keuangan dan pemangku kepentingan di industri, Indonesia memiliki potensi untuk bersaing dan mungkin menggeser posisi India dan Nigeria dalam waktu dekat. Seiring dengan itu, tantangan seperti keamanan siber dan regulasi yang harmonis menjadi bagian penting yang harus dihadapi agar pertumbuhan ini dapat berkelanjutan.

Berita Terkait

Back to top button