
Pasar kripto kembali ramai dibicarakan setelah harga Bitcoin mengalami lonjakan yang signifikan, mencapai USD84.394 atau sekitar Rp1,4 miliar pada 14 April 2025. Kenaikan ini terjadi di tengah berita baik pada sektor makroekonomi, di mana inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah.
Salah satu faktor pendorong utama dari kenaikan harga Bitcoin adalah rilis data indek Producer Price Index (PPI) AS yang menunjukkan pertumbuhan lebih lambat dari yang diharapkan. Dalam laporan terbaru, PPI untuk Maret 2025 hanya naik sebesar 2,7 persen secara tahunan, jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 3,3 persen. Bahkan, core PPI, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, juga menunjukkan tren penurunan. Ini menjadi penurunan bulanan pertama sejak awal 2024 dan mengindikasikan bahwa tekanan inflasi mulai mereda.
Dengan inflasi yang mereda, Federal Reserve tampak memiliki lebih banyak ruang untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga. Pelonggaran ini biasanya berdampak positif terhadap aset berisiko seperti kripto, termasuk Bitcoin, yang telah dikenal sebagai aset lindung nilai alternatif di pasar keuangan. Pedoman ini sejalan dengan data bahwa setiap penurunan besar pada Indeks Dolar AS (DXY), yang kini jatuh di bawah level 100, biasanya diikuti dengan lonjakan harga Bitcoin.
Analis dari Venturefounder menyebutkan bahwa pelemahan DXY seringkali menjadi sinyal awal untuk periode bull run di pasar kripto. “Setiap kali DXY melemah sedalam ini, Bitcoin biasanya menyusul dengan lonjakan pertumbuhan,” tulisnya. Investor semakin optimis bahwa Bitcoin dapat terus berkembang dan mungkin menembus rekornya yang sebelumnya.
Meskipun demikian, pasar saham Amerika menunjukkan performa yang tidak sebanding dengan kripto. Indeks S&P 500 mengalami sedikit koreksi, dan Nasdaq bergerak datar. Ketidakstabilan ini menjadikan Bitcoin sebagai pilihan menarik bagi banyak investor, yang melihat potensi pertumbuhan di tengah dinamika ekonomi yang terjadi.
Para pelaku pasar kini mulai mempertimbangkan apakah Bitcoin dapat menembus level harga baru yang lebih tinggi. Namun, volatilitas yang merupakan ciri khas pasar kripto tetap menjadi perhatian. Sementara itu, data menunjukkan bahwa Bitcoin telah mampu mempertahankan momentum pertumbuhannya di belakangan ini, yang menjadikannya fokus utama, berbeda dengan pasar saham yang lebih tenang.
Melihat perkembangan ini, para investor dan pengamat pasar akan terus mengamati keadaan makroekonomi, termasuk kebijakan suku bunga dan data inflasi yang mendatang, untuk menentukan arah investasi mereka di aset digital ini. Harga Bitcoin yang telah melambung ke Rp1,4 miliar mencerminkan sentimen bullish dalam pasar kripto, meskipun tetap harus diingat bahwa risiko tetap ada di setiap langkah yang diambil.
Dengan pesatnya pertumbuhan ini, Bitcoin seakan menjawab kebutuhan banyak orang akan alternatif investasi yang menawarkan potensi keuntungan tinggi. Beberapa analis bahkan mulai mempertimbangkan kemungkinan harga Bitcoin bisa mencapai Rp2 miliar dalam waktu dekat jika kondisi mendukung. Di tengah ketidakpastian global dan sentimen positif terhadap aset digital, Bitcoin telah kembali menemukan jalannya di pasar keuangan, menarik perhatian banyak investor di seluruh dunia.