Hiburan

Intimacy Coordinator: Mengawasi Adegan Seksual di ‘Pengepungan di Bukit Duri’

Kamis, 30 Januari 2025, menjadi momen penting bagi film Indonesia, khususnya bagi film karya sutradara terkenal Joko Anwar, ‘Pengepungan di Bukit Duri’. Film ini tidak hanya menarik perhatian karena ceritanya yang mengangkat isu kekerasan dan budaya kekerasan yang mengintai anak muda Indonesia, tetapi juga karena penggunaan Intimacy Coordinator (IC) dalam pembuatan adegan-adegan intim yang sangat sensitif.

Intimacy Coordinator adalah seorang profesional yang bertugas mengatur dan mengawasi koreografi adegan intim dalam film atau serial. Meskipun peran ini masih terbilang baru di industri perfilman Indonesia, keberadaan IC sangat penting untuk create a safe and ethical environment selama proses syuting. Tugas utama mereka meliputi menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi aktor, baik dalam adegan romantis maupun adegan berisi kekerasan seksual.

Joko Anwar dalam konferensi pers menjelaskan bahwa keberadaan IC sangat krusial dalam film ini. “Intimacy coordinator punya tugas memastikan hubungan fisik antar karakter, kekerasan, dan memastikan pemeran merasa aman dan nyaman sehingga hasilnya tidak melebihi batas yang dilakukan,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk menciptakan lingkungan kerja yang profesional dan nyaman.

Salah satu peran vital IC adalah menjaga komunikasi yang baik antara tim produksi dan aktor yang terlibat. Sebelum syuting, mereka melakukan sesi konseling untuk mengidentifikasi bagian tubuh mana saja yang tidak ingin disentuh oleh lawan main. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari risiko ketidaknyamanan yang mungkin dialami oleh aktor selama syuting.

Proses ini lebih dari sekadar koreografi fisik. Untuk film ‘Pengepungan di Bukit Duri’, Joko Anwar melibatkan profesional bersertifikat, seperti Putri Ayudya dan Runny Rudiyanti, yang telah menjalani pelatihan resmi dalam bidang ini. “Mereka mengikuti pelatihan dan bersertifikat oleh badan yang berotoritas. Ini penting untuk menjamin keseriusan dan profesionalisme dalam pengawasan adegan-adegan ini,” tutur Joko Anwar.

Film ‘Pengepungan di Bukit Duri’ mengisahkan Edwin, yang berjanji kepada kakaknya yang telah meninggal untuk menemukan anak kakaknya yang hilang. Pencarian tersebut membawanya ke SMA Duri, yang dipenuhi dengan murid-murid bermasalah. Dalam situasi genting ini, film menggambarkan bagaimana Edwin berjuang menghadapi berbagai kekerasan, konflik rasial, dan tantangan lainnya.

Selain menampilkan aksi dan drama, film ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Isu-isu kekerasan serta dampaknya terhadap generasi penerus menjadi tema sentral yang dikhawatirkan dapat berkembang jika tidak segera diatasi.

Daftar penting peran Intimacy Coordinator dalam film:

1. Mengatur dan mengawasi adegan intim untuk memastikan kenyamanan aktor.
2. Melakukan sesi konseling dengan aktor sebelum syuting.
3. Menjaga komunikasi antara sutradara, produser, dan aktor.
4. Memastikan adegan berbahaya, termasuk kekerasan, disajikan dengan cara yang etis dan aman.
5. Mengidentifikasi bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh lawan main.

Film ini bukan hanya menandai babak baru dalam karir Joko Anwar, tetapi juga membuka jalan bagi praktik-praktik yang lebih aman dan etis dalam pembuatan film di Indonesia. Dengan menerapkan konsep koordinator keintiman, diharapkan film-film mendatang dapat lebih memperhatikan aspek emosional dan psikologis dari aktor, terutama dalam adegan-adegan sensitif.

‘Pengepungan di Bukit Duri’, dibintangi oleh Morgan Oey dan Hana Pitrashata Malasan, akan tayang di bioskop pada tahun ini. Film ini diharapkan dapat membuka dialog mengenai isu-isu sosial yang mengancam generasi muda serta cara yang lebih baik dalam memproduksi film dengan melibatkan tenaga profesional seperti Intimacy Coordinator.

Intan Permatasari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button