Gadget

iPhone 16 Dilarang Masuk RI, Penjualan Apple di China Anjlok!

Penjualan produk Apple, terutama iPhone, mengalami masa sulit di berbagai pasar, termasuk di China dan Indonesia. Penurunan penjualan di China disebabkan oleh serangan kompetitor yang semakin agresif dan kurangnya fitur menarik pada produk terbaru mereka. Di Indonesia, iPhone 16 masih terhambat untuk masuk pasar karena regulasi pemerintah.

Menurut data yang dirilis, penjualan Apple di China mengalami penurunan sebesar 5% secara global pada kuartal IV tahun 2024. Hal ini berkaitan dengan pembaruan fitur kecerdasan buatan (AI) yang belum mampu menarik perhatian konsumen. Sementara itu, produsen smartphone lain seperti Xiaomi dan Vivo menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Data Counterpoint Research menunjukkan bahwa pangsa pasar global iPhone menurun menjadi 18% sepanjang tahun 2024, sementara pangsa pasar Apple di Indonesia juga merosot.

Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan bahwa iPhone 16 tidak mendapatkan izin edar karena Apple belum memenuhi syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah. Meskipun perusahaan telah melakukan investasi senilai US$1 miliar untuk membangun pabrik AirTag di Batam, hal ini tetap tidak cukup untuk memenuhi persyaratan yang ada. Agus menegaskan bahwa AirTag hanya merupakan aksesoris dan tidak terkait langsung dengan ponsel, sehingga Apple masih belum dapat memperoleh izin penjualan.

Pengaturan regulasi di Indonesia memang mengharuskan produsen ponsel untuk membangun pabrik komponen ponsel mereka secara langsung di dalam negeri agar dapat memperoleh sertifikasi TKDN. Berdasarkan data, porsi pasar iPhone di Indonesia kini berada di bawah merek seperti Oppo, Samsung, dan Xiaomi. Per Desember 2024, pangsa pasar Apple hanya mencapai 7,97%, menurun dari 12,04% pada kuartal sebelumnya.

Sementara di pasar yang lebih luas, produsen smartphone lain seperti Oppo mencatatkan keberhasilan luar biasa. Oppo mencatatkan pangsa pasar terbesar di Indonesia sebesar 19,07%, diikuti oleh Samsung dengan 17,53% dan Xiaomi dengan 15,06%. Ini menunjukkan bahwa merek-merek tersebut berhasil merebut perhatian konsumen secara lebih efektif dibandingkan Apple.

Dalam konteks China, tantangan yang dihadapi Apple tidak hanya terbatas pada penurunan penjualan, tetapi juga pada persaingan yang semakin ketat. Analis IDC, Francisco Jeronimo, menyoroti bahwa ukuran pengapalan smartphone di China mencapai puncak tertinggi yang pernah ada, mewakili 56% dari pengapalan smartphone global. Apple mungkin kehilangan momentum di pasar terbesar kedua mereka karena produk terbarunya belum mendapat dukungan fitur AI yang menarik.

Meledaknya pertumbuhan di pasar smartphone oleh merek-merek lokal menunjukkan Apple perlu beradaptasi lebih cepat untuk tetap bersaing. Penurunan penjualan produk iPhone di China dan larangan penjualan iPhone 16 di Indonesia menjadi indikator bahwa tantangan besar masih ada di depan bagi Apple. Menurut laporan dari International Data Corp., pengiriman smartphone Apple turun 4,1% pada kuartal IV/2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di tengah ketidakpastian ini, saham Apple terlihat tertekan dengan penurunan hampir 3% pada perdagangan terbaru. Hal ini menggambarkan dampak tekanan dari kompetisi di pasar yang semakin ketat dan tantangan regulasi yang masih menghambat langkah Apple di Indonesia. Apple harus menemukan cara untuk meningkatkan daya tarik produk mereka dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar tanpa mengabaikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Berbagai langkah strategis mungkin harus diambil Apple untuk kembali merebut hati konsumen dan memperbaiki posisi pasar mereka.

Budi Santoso

Budi Santoso adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button