Iran Kecam Ancaman Militer Israel Terhadap Program Nuklirnya

Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keras ancaman militer yang dilontarkan oleh Israel terhadap program nuklirnya. Peringatan tersebut muncul setelah Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, dalam sebuah wawancara dengan Politico, menegaskan bahwa Israel mungkin perlu mempertimbangkan opsi militer untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir oleh Iran. Pernyataan ini memicu reaksi tegas dari Teheran dalam menghadapi ketegangan yang terus meningkat antara dua negara.

Dalam wawancaranya, Saar menyatakan, “Saya pikir untuk menghentikan program nuklir Iran sebelum dijadikan senjata, opsi militer yang andal harus dipertimbangkan.” Pernyataan ini menyuarakan kekhawatiran Israel yang semakin mendalam terhadap langkah-langkah Iran dalam memperkaya uranium yang, menurut mereka, bisa digunakan untuk membuat beberapa bom nuklir.

Menanggapi ancaman tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyebut pernyataan Israel sebagai “keterlaluan dan tidak rasional.” Baqaei menyoroti bahwa sementara Israel terus mengancam, negara-negara Barat malah menyalahkan Iran atas kebijakan pertahanan yang diambilnya. Dia menegaskan bahwa dalam situasi kawasan yang bergejolak akibat keberadaan Israel, Iran merasa perlu untuk meningkatkan pertahanan nasionalnya. “Menteri luar negeri rezim Israel dan pejabat lainnya terus mengancam Iran dengan tindakan militer, sementara Barat terus menyalahkan Iran atas kemampuan pertahanannya,” ujarnya di platform X.

Pernyataan ini terjadi di tengah ketegangan yang terus meningkat. Awal bulan ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahwa Israel akan “menyelesaikan tugasnya” untuk melawan Iran dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa aliansi antara Israel dan AS semakin kuat dalam menghadapi ancaman yang dianggap mereka datang dari Iran.

Iran dan Israel dikenal sebagai musuh bebuyutan dengan sejarah panjang konflik. Iran tidak mengakui keberadaan Israel dan tetap berkomitmen bahwa program nuklir yang mereka jalankan memiliki tujuan damai. Namun, laporan terbaru dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan bahwa Iran telah meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya tinggi. Meski demikian, pejabat Iran menegaskan bahwa semua aktivitas nuklir mereka tetap berpegang pada tujuan damai.

Adanya tekanan dari pemerintah AS, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang menerapkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, semakin memperburuk situasi. Trump terdahulu menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir 2015 dan menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang terus dibantah oleh Teheran.

Dalam konteks yang lebih luas, dunia internasional terus memperhatikan perkembangan ketegangan ini. Peningkatan ancaman dari Israel dan presiden AS menciptakan suasana yang semakin memanas di Timur Tengah. Iran tetap berusaha menyatakan bahwa upayanya dalam pengembangan teknologi nuklir tidak berorientasi pada pembuatan senjata. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga menegaskan bahwa negosiasi dengan AS tidak akan menyelesaikan masalah yang ada, menyiratkan pesimisme tentang adanya solusi diplomatik di masa depan.

Situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika politik dan militer di kawasan yang sudah lama diliputi konflik. Seiring meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, serta keterlibatan AS, kemungkinan terjadinya eskalasi lebih lanjut tetap menjadi ancaman nyata, yang memerlukan perhatian dan upaya diplomatik dari semua pihak.

Berita Terkait

Back to top button