TEHERAN – Iran baru-baru ini memperkenalkan pesawat tak berawak (drone) terbesarnya yang diberi nama ‘Gaza’ dalam sebuah acara yang dipenuhi dengan simbolisme politik dan militer. Peluncuran ini dilakukan untuk menghormati wilayah Palestina yang telah mengalami kehancuran akibat konflik berkepanjangan, terutama dalam 15 bulan terakhir. Pesawat tak berawak ini diharapkan dapat menjadi alat strategis dalam memperkuat keamanan negara serta merespons ancaman terorisme yang mungkin timbul di perbatasan.
Amir Ali Hajizadeh, komandan pasukan kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menyatakan bahwa drone ini memiliki kemampuan membawa hingga 12 bom, dan dirancang untuk digunakan dalam operasi di daerah perbatasan. "Keberadaan drone ini berpotensi menjamin keamanan di perbatasan dan meredam ancaman teroris," tambahnya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Iran semakin serius dalam memanfaatkan teknologi drone untuk mengambil peran lebih aktif dalam pengawasan dan keamanan nasional.
Spesifikasi teknis dari drone Gaza semakin menarik perhatian. UAV ini, yang juga dikenal sebagai Shahed-149, memiliki kapasitas muatan maksimal 500 kilogram dan kemampuan untuk berkomunikasi melalui satelit. Dalam melaksanakan tugasnya, Gaza mampu terbang hingga ketinggian maksimum 35.000 kaki. "Radar aperture sintetis yang dipasang pada drone ini dirancang untuk mendeteksi target permukaan dan bawah air," ungkap laporan dari Breaking Defense.
Berikut adalah beberapa fitur utama drone Gaza yang dipamerkan:
- Kemampuan Pangkalan: Dapat membawa hingga 12 bom dalam satu misi.
- Ketinggian Terbang: Mampu mencapai ketinggian hingga 35.000 kaki.
- Sistem Komunikasi: Dilengkapi dengan kemampuan komunikasi satelit.
- Fleksibilitas Operasional: Dapat melakukan operasi dalam berbagai kondisi, ditujukan untuk meningkatkan pengawasan perbatasan.
- Pengembangan dalam Negeri: Semua sistem yang dipamerkan adalah hasil produksi dalam negeri, menunjang kemandirian teknologi Iran.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada Mei 2021, drone Gaza telah menjadi simbol perjuangan Palestina melawan Israel. Dalam peluncurannya yang lalu, Mayor Jenderal Hossein Salami menyatakan bahwa nama drone ini ditujukan untuk menghormati “mereka yang berdiri melawan invasi dan agresi Zionis.” Ini menunjukkan bagaimana Iran menggunakan teknologi militer sebagai alat untuk menunjukkan solidaritas dengan Palestina.
Dalam acara peluncuran tersebut, Iran juga menampilkan berbagai sistem militer lainnya, termasuk Shahed-129 dan beberapa peralatan canggih lainnya seperti senapan mesin dan sistem radar pemetaan S-811 dan S-813, serta bom F-365. Semua alat ini bertujuan untuk memperkuat dan mendemonstrasikan kemampuan militer Iran di tingkat internasional.
Dalam konteks hubungan diplomatik, Menteri Pertahanan Iran, Mohammad Reza Ashtiani, saat ini sedang berada di Doha untuk berdiskusi dengan para pejabat tinggi pertahanan Qatar tentang peningkatan kerja sama antara kedua negara. Rapat tersebut menggambarkan bahwa meskipun ada ketegangan di kawasan, Iran tetap berupaya untuk memperkuat hubungan militernya dengan negara-negara di sekitarnya.
Para pejabat Iran menegaskan, teknologi yang mereka kembangkan bersifat terbuka untuk diekspor ke negara lain, dengan pengecualian untuk Israel dan Amerika Serikat. Ini menggambarkan strategi Iran yang ingin menjajaki hubungan militer dengan negara-negara lain sambil tetap mempertahankan sikap defensif terhadap musuh bebuyutan mereka.
Dengan peluncuran drone Gaza, Iran menunjukkan ambisi dan perkembangan dalam industri pertahanan serta keinginannya untuk terlibat lebih dalam dalam geopolitik kawasan. Keberadaan drone ini tidak hanya mencerminkan perkembangan teknologi militer Iran, tetapi juga memperkuat posisi politiknya dalam mendukung Palestina di tengah konflik yang berkepanjangan.