Dunia

Israel Bebaskan 200 Tahanan Palestina, Kritikan atas Hukuman Seumur Hidup

Israel pada tanggal 25 Januari 2025 telah melakukan pembebasan terhadap 200 tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Tindakan ini merupakan pertukaran tahanan kedua yang dilakukan Israel dengan Hamas, setelah sebelumnya empat sandera perempuan yang merupakan anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dibebaskan oleh Hamas pada tanggal 19 Januari yang lalu.

Dari total 200 tahanan yang dibebaskan, sebanyak 114 orang berhasil kembali ke Ramallah, Tepi Barat, sementara 70 tahanan lainnya dideportasi ke luar wilayah pendudukan, termasuk Mesir. Sementara itu, 16 tahanan yang dibebaskan dibawa ke Khan Younis, Gaza. Banyak di antara mereka merupakan aktivis yang telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau jangka panjang oleh pengadilan Israel, sehingga pembebasan ini memiliki makna yang sangat signifikan.

Merayakan kedatangan para tahanan, warga Palestina berkumpul di berbagai lokasi, terutama di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Mereka mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan, menciptakan suasana meriah untuk menyambut kepulangan para tahanan. Momen berharga ini juga menjadi bahan dokumentasi di media sosial, dengan banyak orang melakukan siaran langsung untuk menyaksikan pengalaman emosional tersebut.

Sebagai ciri khas, para tahanan yang dibebaskan terlihat mengenakan pakaian napi berwarna abu-abu. Mereka melambaikan tangan sambil tersenyum kepada kerumunan yang telah menanti kedatangan mereka. Salah satu tahanan yang sangat mencolok adalah Mohammed Al Tous, yang telah mendekam di penjara Israel selama hampir 40 tahun, ditangkap sejak tahun 1985. Al Tous, yang merupakan anggota faksi perlawanan Fatah, ditangkap saat menjalani pertempuran di sepanjang perbatasan Yordania. Meskipun telah dibebaskan, Al Tous tidak bisa tinggal di Tepi Barat sesuai dengan perjanjian dan harus dideportasi ke Mesir.

Proses pemindahan tahanan ini melandung kontroversi, khususnya terkait dengan kondisi yang dihadapi oleh para tahanan dan pemerintah Israel. Sebanyak 16 tahanan yang berasal dari Gaza memasuki wilayah Gaza melalui perbatasan Kareem Abu Salem, yang dikenal oleh Israel sebagai Kerem Shalom. Sesampainya di Gaza, mereka tidak langsung pulang ke rumah, tetapi terlebih dahulu dibawa ke Rumah Sakit Eropa di Khan Younis untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.

Penetapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menunjukkan bahwa meskipun terdapat ketegangan, dialog dan negosiasi tetap dapat menghasilkan kemajuan. Langkah positif ini tidak hanya memberikan harapan bagi keluarga para tahanan, tetapi juga menunjukkan bahwa program pertukaran tahanan bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketegangan antara kedua belah pihak.

Dalam konteks yang lebih luas, pembebasan para tahanan ini mencerminkan dinamika yang rumit antara Israel dan Palestina. Ini menunjukkan betapa pentingnya isu-isu mengenai tahanan dalam perdebatan yang lebih besar mengenai hubungan politik dan sosial di kawasan tersebut. Dengan pembebasan ini, harapan baru muncul bagi mereka yang memiliki orang terkasih di dalam tahanan dan bagi mereka yang memperjuangkan hak asasi manusia.

Sekalipun pembebasan ini menandai langkah penting, dinamika politik di kawasan tetap rumit dan penuh tantangan. Situasi ini menuntut perhatian dan upaya yang lebih konkret dari berbagai pihak untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di wilayah yang telah lama dilanda konflik ini.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button