
Militer Israel berencana melaksanakan latihan militer di Dataran Tinggi Golan pada Kamis, dalam sebuah langkah yang menandai peningkatan kehadiran militernya di wilayah yang dikuasai sejak perang 1967. Dataran Tinggi Golan merupakan area strategis yang berbatasan langsung dengan Suriah, dan meskipun dilaporkan tidak ada ancaman kepada keamanan, situasi di kawasan tersebut tetap menjadi perhatian.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Angkatan Darat Israel, dijelaskan bahwa latihan ini akan melibatkan mobilisasi lebih banyak pasukan dan kendaraan. “Diperkirakan akan ada banyak ledakan yang dapat didengar,” bunyi pernyataan tersebut, yang sekaligus menekankan bahwa pelaksanaan latihan ini tidak terkait langsung dengan ancaman keamanan saat ini. Namun, situasi di kawasan tetap didominasi oleh ketegangan antara Israel dan berbagai kelompok di Suriah.
Setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad, Israel memanfaatkan kondisi politik yang tidak stabil di Suriah untuk memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan. Langkah ini disambut dengan kritik internasional karena melanggar perjanjian pelepasan tahun 1974 yang seharusnya mendemiliterisasi wilayah tersebut. Selain latihan militer, Israel juga terlibat dalam serangkaian serangan udara yang menargetkan basis-basis militer Suriah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa senjata tidak jatuh ke tangan “elemen teroris” di wilayah tersebut.
Dataran Tinggi Golan, yang memiliki luas 1.800 kilometer persegi, dihuni oleh sekitar 24.000 orang Druze yang sebagian besar mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah. Israel mengambil sebagian besar wilayah tersebut dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan secara unilateral mencaploknya pada tahun 1981, meskipun tidak mendapatkan pengakuan internasional atas tindakan tersebut.
Dalam konteks lebih luas, pemerintah Israel baru-baru ini menyetujui rencana untuk memperluas pemukiman di Dataran Tinggi Golan setelah jatuhnya rezim Assad. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa langkah ini penting sebagai respon terhadap munculnya “front baru” di perbatasan Israel dengan Suriah. “Memperkuat Golan sama artinya dengan memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini,” ungkap Netanyahu saat memimpin rapat kabinet yang membahas rencana tersebut. Investasi sebesar 10,81 juta dolar AS telah disetujui untuk mendukung proyek ini, termasuk pembentukan desa pelajar dan pengembangan infrastruktur energi terbarukan.
Tindakan militer dan rencana pemukiman ini memicu reaksi dari negara-negara tetangga serta masyarakat internasional, yang mendesak Israel untuk menghormati kedaulatan Suriah. Banyak pihak melihat langkah Israel sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat posisi politik dan militer mereka di kawasan yang penuh ketegangan ini.
Dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan situasi yang tidak stabil di Suriah, kegiatan militer Israel dalam bentuk latihan ini dapat dianggap sebagai sinyal bahwa mereka bersiap untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Banyak yang khawatir bahwa penguatan militer di Dataran Tinggi Golan akan semakin memperpanjang konflik yang sedang berlangsung dan meningkatkan risiko terjadinya bentrokan di kawasan tersebut.
Latihan militer yang diadakan oleh Israel di Dataran Tinggi Golan ini memiliki implikasi yang lebih luas, tidak hanya bagi hubungan Israel-Suriah tetapi juga bagi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Dengan semua aktivitas ini, Israel menunjukkan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mempertahankan dan memperkuat posisi mereka di wilayah yang dianggap strategis ini.