
Imam Masjid Al-Aqsa, Sheikh Ekrima Sabri, mendesak warga Palestina untuk memperkuat kehadiran mereka di Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadan. Seruan ini disampaikan meskipun Israel kembali menerapkan pembatasan ketat terhadap akses warga Palestina ke sajadah suci tersebut. Dalam pernyataannya pada 28 Februari 2025, Ekrima menegaskan pentingnya keberadaan rakyat Palestina di tanah yang mereka huni, menolak penggusuran dan kompromi apapun.
Dalam konteks tersebut, tindakan Israel dinilai semakin keras terhadap warga Palestina yang ingin melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa. "Setiap tahun, pendudukan Israel berusaha mengganggu ibadah umat Muslim di Al-Aqsa, dan ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap kebebasan beribadah," ungkapnya, sebagaimana dikutip dari ANews.
Pembatasan yang akan diterapkan oleh otoritas Israel selama Ramadan sangat signifikan. Berikut adalah beberapa langkah yang direncanakan:
Larangan bagi Warga yang Baru Dibebaskan: Laporan dari penyiar publik Israel, KAN, menyebutkan bahwa polisi Israel tidak akan mengizinkan warga Palestina yang baru saja dibebaskan dari penjara untuk memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa.
Peningkatan Keamanan: Sekitar 3.000 personel kepolisian akan dikerahkan setiap hari di pos pemeriksaan menuju Yerusalem Timur dan kompleks masjid selama bulan puasa. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kontrol atas akses ke tempat suci umat Islam.
- Pembatasan Izin Masuk: Israel merekomendasikan pengurangan jumlah izin masuk bagi warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki. Hanya 10.000 izin yang akan diberikan, dengan persyaratan khusus; pria harus berusia di atas 55 tahun dan wanita di atas 50 tahun.
Masjid Al-Aqsa, yang merupakan situs tersuci ketiga bagi umat Islam, berada di bawah kendali Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1967. Pada tahun 1980, Israel mencaplok wilayah tersebut secara sepihak, yang tidak diakui oleh komunitas internasional. Mahkamah Internasional pada Juli 2024 menegaskan pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah ilegal dan menyerukan untuk evakuasi semua permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Keberadaan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur menjadikannya lokasi yang sangat sensitif dalam konflik Israel-Palestina, dan tindakan keras dari pihak Israel selama Ramadan membuat situasi semakin tegang. Dengan sikap yang menginginkan controlisasi penuh atas situs tersebut, Israel digambarkan melakukan pelanggaran terhadap hak untuk beribadah. Ekrima juga menyerukan negara-negara Arab dan umat Muslim di seluruh dunia untuk bersatu dalam melindungi Al-Aqsa dari intervensi yang dinilai tidak sah oleh Israel.
Ketegangan yang kini terus meningkat menjelang Ramadan berpotensi menjadi pemicu konfrontasi baru. Bulan suci bagi umat Islam ini, yang seharusnya menjadi waktu untuk refleksi, kebersamaan, dan kedamaian, mungkin akan dipenuhi dengan ketegangan dan pertikaian. Ekrima menekankan pentingnya menampilkan ketahanan di tengah ancaman, menyatakan, "Bulan suci telah tiba, dan rakyat Palestina tetap teguh di tanah mereka."
Dengan situasi yang terus berkembang ini, pemantauan dan perhatian internasional sangat diperlukan untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut di kawasan yang penuh dengan ketegangan ini. Keterlibatan pihak-pihak berwenang dalam mengambil langkah yang mempertimbangkan hak asasi manusia dalam konteks kebebasan beribadah menjadi sangat vital untuk meredakan ketegangan yang ada.