
TEL AVIV – Israel menegaskan penolakannya terhadap tawaran Hamas untuk membebaskan Edan Alexander, seorang warga negara ganda Amerika Serikat-Israel yang ditawan di Gaza. Tawaran ini muncul setelah Hamas mengajukan proposal dalam rangka membahas perundingan baru gencatan senjata yang diharapkan dapat mengakhiri konflik berkepanjangan antara kedua pihak.
Edan Alexander, seorang prajurit berusia 21 tahun, merupakan penduduk asli New Jersey yang saat ini dilaporkan ditahan oleh Hamas. Menurut Hamas, mereka bersedia membebaskan Alexander sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih besar, yang juga mencakup negosiasi gencatan senjata kedua, yang telah terhenti selama dua minggu terakhir. Meskipun Hamas menunjukkan kesediaan untuk melanjutkan diskusi, Israel tetap pada pendiriannya untuk tidak terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut, terutama yang melibatkan masalah tawanan.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut tawaran itu sebagai manipulasi dan bagian dari perang psikologis yang dilakukan oleh Hamas. “Meskipun Israel telah menerima usulan yang disampaikan oleh Utusan AS, Steve Witkoff, Hamas tetap pada penolakannya dan tidak bergeming sedikit pun,” ungkap pernyataan resmi dari kantornya. Dalam konteks tersebut, Netanyahu berencana untuk mengadakan pertemuan kabinet guna membahas langkah selanjutnya dalam menghadapi situasi ini.
Sementara itu, pembicaraan mengenai gencatan senjata yang baru masih terus berlangsung. Khalil Al-Hayya, pemimpin Hamas yang diasingkan, direncanakan akan berkunjung ke Kairo untuk perundingan lebih lanjut dengan mediator Mesir. Akan tetapi, situasi di lapangan semakin memburuk, terutama sejak fase pertama gencatan senjata sementara berakhir pada 2 Maret, disertai dengan penutupan perbatasan oleh Israel dan larangan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Dalam situasi yang semakin tegang ini, Israel telah melanggar gencatan senjata lebih dari 1.000 kali sejak Januari, termasuk serangan udara yang mengakibatkan tewasnya empat warga Palestina di Gaza. Insiden ini terus memicu kecaman dari komunitas internasional dan memperburuk suasana di wilayah tenggara Mediterania.
Terkait tawaran Hamas, mereka menegaskan bahwa setiap pembebasan tawanan akan tergantung pada dimulainya negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata, pembukaan jalur penyeberangan, dan pencabutan blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. “Kami bekerja sama dengan para mediator agar kesepakatan itu berhasil dan memaksa pendudukan untuk menyelesaikan semua fase kesepakatan,” kata Abdel-Latif Al-Qanoua, juru bicara Hamas.
Usaha untuk membebaskan Edan Alexander dan tawanan lainnya terus menjadi perhatian utama bagi pemerintah AS. Utusan AS, Steve Witkoff, menyampaikan kepada wartawan bahwa pembebasan Alexander adalah “prioritas utama”. Negosiator sandera AS, Adam Boehler, juga dilaporkan telah bertemu dengan pemimpin Hamas dalam beberapa hari terakhir untuk mencari jalan keluar.
Sementara itu, demonstrasi oleh keluarga Alexander di New York City pada akhir Desember 2024 menunjukkan desakan masyarakat internasional terhadap situasi ini. Keluarga Alexander, bersama dengan kelompok pendukung lainnya, terus berjuang agar pemerintah mengintensifkan upaya untuk membebaskan Edan. Di tengah ketegangan ini, banyak pihak berharap agar kesepakatan dapat dicapai sebelum lebih banyak nyawa hilang di dua belah pihak yang terlibat dalam konflik ini.