Jamaah haji diharapkan lebih waspada terhadap penyebaran virus RSV (Respiratory Syncytial Virus), yang diketahui lebih menular dibanding COVID-19. Hal ini menjadi perhatian khusus menjelang keberangkatan mereka ke Tanah Suci, mengingat jumlah jamaah haji yang terus meningkat, terutama di kalangan lansia. Data dari Pusat Kesehatan Haji menunjukkan bahwa akibat tingginya angka lansia, pada tahun 2024, sekitar 21% dari total jamaah berusia di atas 65 tahun, yang membuat kelompok ini lebih rentan terhadap penyakit pernapasan.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, dijelaskan bahwa selama tujuh tahun terakhir, gangguan saluran pernapasan menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh jamaah haji. Bahkan, pada tahun 2023, penyakit pernapasan menjadi penyebab utama kematian di kalangan jamaah. Sehingga, peningkatan kewaspadaan dan tindakan pencegahan menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi.
RSV adalah virus yang dapat menginfeksi saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Meskipun dapat menginfeksi siapa saja, risiko komplikasi serius jauh lebih tinggi bagi orang-orang berusia di atas 60 tahun. Infeksi ini dapat menyebabkan pneumonia, perawatan intensif, serta meningkatkan risiko kegagalan jantung dan masalah kesehatan lainnya. Gejala RSV mirip dengan flu, seperti sakit kepala, demam, pilek, dan batuk, sehingga diagnosisnya sering kali sulit ditegakkan. Pemeriksaan untuk RSV melibatkan tes khusus yang memerlukan biaya tinggi dan waktu lama.
Dalam mengatasi masalah ini, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.K.F.R dari Perhimpunan Dokter Haji Indonesia (Perdokhi), menegaskan bahwa pencegahan adalah langkah yang lebih baik daripada menunggu terjadinya komplikasi. Beberapa cara yang direkomendasikan untuk menjaga kesehatan dan mencegah penularan RSV antara lain adalah:
1. Menjalankan kebersihan yang baik, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.
2. Membersihkan permukaan yang sering disentuh secara rutin.
3. Menggunakan masker di tempat umum.
4. Menerapkan physical distancing untuk menghindari kontak dekat.
Dr. Syarief juga menyarankan jamaah untuk memperhatikan asupan cairan dan beristirahat yang cukup agar sistem imun tetap kuat. Selain itu, vaksinasi menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan, terutama untuk kelompok rentan. Pemerintah menganjurkan vaksinasi RSV bagi mereka yang berisiko tinggi, bersama dengan vaksin influenza dan pneumonia, yang sebaiknya dilakukan minimal dua minggu sebelum keberangkatan.
Untuk mendukung kesehatan paru-paru selama ibadah haji atau umrah, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama merekomendasikan beberapa tips yang dikenal dengan singkatan CERDIK:
– Cek kesehatan secara berkala.
– Enyahkan asap rokok dan polusi udara.
– Rajin berolahraga dan melakukan aktivitas fisik.
– Mengatur pola makan dengan diet seimbang dan bergizi.
– Istirahat yang cukup.
– Kelola stres dengan baik.
Semua langkah tersebut penting untuk memastikan bahwa jamaah dapat menjalankan ibadah dengan aman dan khusyuk. Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan mencegah kemungkinan transmisi penyakit menular, termasuk virus RSV, agar tidak terbawa kembali ke tanah air setelah pelaksanaan ibadah haji. Dengan kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang tepat, diharapkan jamaah dapat melaksanakan ibadah dengan nyaman dan terhindar dari penyakit berbahaya.