Jelang Puncak Panen Raya, Serapan Gabah Capai 300.000 Ton!

Jelang puncak musim panen raya, Perum Bulog mencatatkan serapan gabah dan beras mencapai 300.000 ton setara beras. Capaian ini menjadi sorotan dalam upaya mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Puncak musim panen diperkirakan akan terjadi pada bulan April 2025, sehingga penyerapan gabah ini sangat penting untuk menjaga ketersediaan pangan di dalam negeri.

Dalam pernyataannya, Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Sudaryono, menyampaikan bahwa surplus produksi beras diperkirakan berkisar antara 2,8 hingga 3,5 juta ton hingga bulan April. Ia berharap surplus ini mendorong para petani untuk meningkatkan frekuensi penanaman, sehingga mereka dapat menanam dua hingga tiga kali dalam satu tahun. “Dengan strategi ini, kita dapat menciptakan ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan,” ujar Sudaryono saat konferensi pers.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tanggung jawab penyerapan gabah dan beras hasil produksi petani dalam negeri, Perum Bulog semakin aktif dalam melakukan serapan. Perum Bulog menjalin kerja sama dengan berbagai stakeholder, termasuk Dinas Pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, TNI-POLRI, serta kelompok tani dan penggilingan padi. Dengan cara ini, Bulog berusaha memastikan bahwa proses penyerapan dapat berjalan efektif.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menegaskan bahwa komitmen Bulog untuk mendukung swasembada pangan sangat kuat. “Tim Jemput Gabah Perum Bulog fokus melakukan penyerapan dengan melibatkan banyak pihak dari stakeholders perusahaan, seperti Dinas Pertanian di tingkat provinsi dan kota/kabupaten, TNI-POLRI, kelompok tani, dan penggilingan padi,” kata Arwakhudin. Ia berharap sinergi ini dapat mengoptimalkan penyerapan menjelang musim panen raya.

Pemerintah telah menetapkan harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kilogram. Arwakhudin menjelaskan bahwa harga ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. “Harga ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk hadir bagi petani sehingga mereka dapat diuntungkan dalam menjalankan usaha tani mereka,” tambahnya.

Capaian serapan gabah yang mencapai 300.000 ton ini merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Rata-rata penyerapan harian saat ini sudah mencapai belasan ribu ton, yang menunjukkan optimisme Bulog untuk terus mempertahankan momentum ini hingga akhir musim panen raya. “Kami berharap dapat terus menjaga angka ini mendekati puncak panen pada akhir Maret hingga April nanti,” pungkas Arwakhudin.

Dalam hal ini, potensi surplus beras yang tinggi jelas mencerminkan dampak positif dari program pemerintah dalam meningkatkan produksi padi di tingkat petani. Serapan yang kuat oleh Bulog menjadi langkah strategis dalam memastikan ketersediaan pangan yang berkelanjutan serta menstabilkan pasar beras nasional. Selain itu, inisiatif ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada impor beras, yang selama ini menjadi isu penting dalam sektor pertanian Indonesia.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya kolaboratif antara pemerintah, petani, dan lembaga terkait, yang berkomitmen untuk menjaga kemandirian pangan nasional. Walau tantangan masih ada, peningkatan serapan gabah oleh Bulog menjadi harapan baru bagi petani di seluruh Indonesia agar dapat memperoleh harga yang adil dan berkelanjutan.

Berita Terkait

Back to top button