Jakarta – Jelang bulan Ramadan, harga Minyakita, minyak goreng kemasan sederhana yang menjadi andalan masyarakat, masih tetap tinggi. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga Minyakita berada di angka Rp 17.679 per liter, jauh lebih tinggi dibandingkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang seharusnya ditetapkan pada Rp 15.700 per liter. Kenaikan harga ini menjadi perhatian serius, mengingat kebutuhan konsumsi minyak goreng akan meningkat menjelang bulan suci tersebut.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, dalam keterangannya menyebutkan bahwa meskipun harga berada di atas HET, stok minyak goreng di pasaran masih dalam kondisi memadai dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa jika pasokan dapat dicukupi secara optimal, harga dapat kembali turun.
Dari data Panel Harga Pangan NFA per 25 Februari, harga Minyakita terus diperhatikan secara ketat. Berikut ini adalah fakta terkait harga dan akan adanya intervensi pemerintah:
-
Harga Saat Ini: Rata-rata harga Minyakita secara nasional mencapai Rp 17.679 per liter, jauh di atas HET yang telah ditentukan.
-
Target Pengadaan: Pemerintah berusaha untuk meningkatkan penyaluran Minyakita dua kali lipat dari biasanya untuk menekan harga di pasar.
-
Peran Kepolisian: Dalam upaya mengawasi harga, pihak kepolisian dilibatkan untuk memastikan bahwa penjualan dilakukan sesuai HET yang telah ditetapkan.
-
Kenaikan Konsumsi: Proyeksi kebutuhan minyak goreng akan meningkat sebesar 14,67 persen saat Ramadan, menjadi sekitar 488,4 ribu ton dibandingkan dengan kebutuhan Februari 2025 yang diperkirakan sebesar 425,9 ribu ton.
- Stok Cadangan Pangan: Total cadangan pangan dalam bentuk minyak goreng saat ini tercatat 99 ribu kiloliter di bawah naungan ID Food dan Perum Bulog, dengan estimasi ketersediaan untuk seluruh pasar pada Maret 2025 berjumlah 815,4 kiloliter.
Arief Prasetyo juga menjelaskan bahwa untuk menjaga stabilitas harga, pasar tradisional menjadi fokus perhatian, mengingat adanya kemungkinan negosiasi harga yang dapat menyebabkan harga jual melampaui HET. Sementara itu, di pasar modern, harga umumnya sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan pentingnya pengawasan terhadap praktik penimbunan yang mungkin dilakukan oleh para pedagang, terutama menjelang Ramadhan. Menurutnya, penimbunan hanya akan menambah masalah pada kestabilan harga yang saat ini sudah menjadi tantangan.
"Selama bulan suci Ramadan, kami minta seluruh pelaku usaha untuk tidak menimbun barang dagangannya. Kami sudah sepakat untuk meningkatkan pasokan Minyakita dua kali lipat ke pasar," ungkap Zulkifli.
Dalam konteks sosial ekonomi, tingginya harga Minyakita dapat berimbas pada daya beli masyarakat, terutama di kalangan para ibu rumah tangga yang menjadikan minyak goreng sebagai bahan pokok dalam banyak masakan sehari-hari. Oleh karena itu, langkah cepat yang diambil pemerintah diharapkan dapat meredakan kekhawatiran inflasi di sektor pangan, terutama menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Stok minyak goreng yang melimpah diharapkan dapat mengatasi lonjakan permintaan saat Ramadan, dengan komitmen pemerintah untuk tetap memantau kondisi pasar agar harga tetap terjangkau. Dalam situasi ini, dukungan semua pihak, mulai dari pedagang, pemerintah, hingga masyarakat menjadi krusial untuk menciptakan stabilitas harga menjelang bulan suci.