Jerman, Prancis, dan Inggris Desak Israel Tindak Lanjut Gaza yang Gawat

Pemerintah Jerman, Prancis, dan Inggris secara resmi mengeluarkan panggilan mendesak untuk gencatan senjata di Jalur Gaza, mencerminkan kekhawatiran yang tajam tentang situasi kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah tersebut. Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada hari Jumat, tiga negara Eropa ini menekankan pentingnya pemulihan akses kemanusiaan, termasuk penyediaan air, listrik, dan perawatan medis bagi warga sipil yang terjebak dalam konflik.

“Kami meminta Israel untuk memulihkan akses kemanusiaan, termasuk air dan listrik, serta memastikan akses ke perawatan medis dan evakuasi medis sesuai dengan hukum humaniter internasional,” ungkap para menteri luar negeri dari Jerman, Prancis, dan Inggris, yang dikenal sebagai E3.

Korban jiwa di Gaza telah meningkat secara dramatis dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 412 orang, termasuk wanita dan anak-anak, menjadi korban akibat serangan udara Israel. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring berlangsungnya serangan. Gencaran bom yang menyasar daerah pemukiman dan fasilitas kesehatan telah menjadikan situasi semakin gawat, dengan fasilitas medis di Gaza kewalahan oleh banyaknya korban yang membutuhkan perawatan.

E3 juga menunjukkan keprihatinan mendalam mereka tentang tingginya jumlah korban sipil yang jatuh, serta menyerukan kepada kelompok pejuang Hamas untuk segera membebaskan sandera Israel. Dalam pernyataan mereka, para menteri menekankan bahwa konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan cara militer, dan bahwa gencatan senjata yang berlangsung lama adalah satu-satunya solusi yang dapat dipercaya untuk mencapai perdamaian.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap meningkatnya jumlah korban di Gaza. Ia menekankan perlunya segera menegakkan perjanjian gencatan senjata dan memastikan dimulainya kembali bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terkepung. “Guterres sangat mengimbau agar gencatan senjata dihormati, agar bantuan kemanusiaan tanpa hambatan diberikan kembali, dan agar para sandera yang tersisa dibebaskan tanpa syarat,” kata Farhan Haq, juru bicara Guterres.

Serangan Israel yang terjadi baru-baru ini tidak hanya menargetkan pejuang Hamas tetapi juga warga sipil yang tidak bersalah. Dari laporan yang ada, serangan udara yang berlangsung pada hari Selasa dinihari, setidaknya merenggut nyawa 131 warga sipil Palestina, termasuk anak-anak dan orang tua. Selain itu, serangan juga berisiko mengancam keselamatan mereka yang terperangkap di puing-puing bangunan yang hancur.

Para menteri luar negeri E3 menambahkan, mereka “sangat terkejut” oleh insiden yang mempengaruhi gedung Kantor Layanan Proyek Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOPS) di Gaza, yang menuntut adanya penyelidikan atas insiden tersebut. Serangan yang terkoordinasi dengan Amerika Serikat ini menambah ketegangan dan kekacauan di wilayah yang sudah mengalami kesulitan luar biasa.

Di tengah lonjakan angka korban dan keterbatasan akses kemanusiaan, Jerman, Prancis, dan Inggris sepakat bahwa tindakan segera diperlukan untuk menghentikan kekerasan yang berkepanjangan ini. Mereka berusaha untuk menyampaikan pesan yang jelas bahwa situasi di Gaza telah mencapai titik kritis dan tidak ada waktu yang tersisa untuk menunggu. Perhatian internasional terhadap Gaza meningkat, dengan banyak negara dan organisasi yang mendesak Israel untuk mengakhiri serangannya dan memberikan akses yang lebih baik bagi bantuan kemanusiaan.

Pentingnya gencatan senjata dan pemulihan akses kemanusiaan kini menjadi sorotan utama di panggung dunia, di tengah seruan agar semua pihak yang terlibat dalam konflik ini menemukan jalan untuk berdialog dan mencari solusi damai. Upaya diplomasi akan berlanjut, sementara kehidupan di Gaza semakin terdesak oleh kondisi yang memprihatinkan.

Berita Terkait

Back to top button