Bisnis

Kadin Dorong Peran Inovator untuk Optimalkan Program Hilirisasi

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Heru Dewanto, mendesak pemerintah untuk membuka lebih banyak ruang bagi inovator dan pelaku inovasi dalam pelaksanaan program hilirisasi dan industrialisasi yang direncanakan selama lima tahun ke depan oleh pasangan Prabowo-Gibran. Menurutnya, inisiatif ini sangat penting untuk membantu memanfaatkan potensi sumber daya dalam negeri, terutama dalam menghadapi tantangan persaingan global.

Dalam pernyataannya, Heru menggarisbawahi bahwa industri dan hilirisasi merupakan salah satu mesin penggerak ekonomi yang diandalkan oleh negara-negara maju. "Sejarah menunjukkan bahwa semua negara yang berhasil mengoptimalkan potensi industrinya mampu tumbuh dengan pesat. Tetapi untuk melaksanakan hilirisasi dengan sukses, kita memerlukan kecermatan dan pengetahuan teknis," tegasnya dalam wawancara dengan wartawan pada Senin (3/3/2025).

Salah satu aspek yang diutamakan Heru adalah hilirisasi komoditas unggulan Indonesia. Dengan posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat kedua untuk timah, dan peringkat keenam untuk bauksit, ada kesempatan besar untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas-komoditas ini. Namun, tekanan untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi yang cocok sangat diperlukan guna membangun keunggulan kompetitif.

Berikut adalah beberapa poin yang diangkat Heru terkait dengan hilirisasi dan peran inovator:

  1. Pentingnya Teknologi dan Inovasi: Heru menekankan bahwa untuk mencapai hilirisasi yang efektif, teknologi serta inovasi harus memegang peranan kunci. Ia merujuk pada contoh teknologi ekstraksi nikel yang saat ini sering dipergunakan, seperti HPAL (high pressure acid leaching), yang banyak dikritisi karena dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

  2. Beralih ke Teknologi Ramah Lingkungan: Heru mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh mengabaikan perkembangan global dalam teknologi berkelanjutan. Jika tidak, Indonesia akan kehilangan peluang untuk menjadi pemain utama dalam pasar dunia, terutama dalam industri baterai yang berbasis nikel. "Kita perlu mengembangkan teknologi alternatif yang ramah lingkungan untuk mencegah kehilangan momentum sebagai produsen utama," ujarnya.

  3. Solusi untuk Teknologi Lama: Sebagai catatan, Heru mencatat bahwa teknologi ekstraksi bauksit yang masih menggunakan metode Karl Joseph Bayer ditemukan tidak efisien dan berdampak negatif pada lingkungan. "Dengan adanya inovasi baru, kita seharusnya dapat menemukan solusi yang lebih bertanggung jawab," lanjutnya.

Menyusul rencana Pemerintah untuk melakukan hilirisasi terhadap 28 komoditas unggulan, yang diungkapkan Presiden Prabowo Subianto pada bulan Oktober 2024, Heru menyatakan keyakinannya bahwa pengembangan industri perikanan dan komoditas lainnya juga akan membawa dampak positif. Beberapa komoditas yang akan menjadi fokus hilirisasi di antaranya nikel, timah, tembaga, besi baja, emas, perak, batu bara, kelapa, dan karet.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah untuk melibatkan para pelaku inovasi dalam setiap tahap proses hilirisasi. "Partisipasi aktif dari para inovator akan membantu merumuskan solusi yang konkret dan aplikatif bagi pengembangan industri kita," jelas Heru, menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan dunia akademik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kesimpulannya, peran inovator dalam program hilirisasi sangat menentukan kesejahteraan ekonomi Indonesia. Dengan mendorong inovasi dan teknologi yang berkelanjutan, diharapkan hilirisasi tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan berkelanjutan.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button