
Kalimantan Timur (Kaltim) berhasil memaparkan strategi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dalam seminar internasional yang diselenggarakan di Singapura. Konferensi ini berlangsung dari 11 hingga 13 Februari 2025 dan dihadiri oleh berbagai ahli serta pemangku kepentingan di bidang kesehatan. Dalam seminar tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menjadi salah satu pembicara utama.
Jaya Mualimin menjelaskan bahwa seminar ini, bertajuk "Second APIC-ADVA Summit on Infectious Diseases and Immunization," menjadi platform untuk membahas berbagai strategi dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular, termasuk inovasi dalam vaksinasi. Dalam presentasinya, Jaya fokus pada pengalaman Kaltim dalam menerapkan program imunisasi untuk mengendalikan wabah DBD.
"Saya tampil dalam sesi simposium industri yang diselenggarakan oleh Takeda pada 11 Februari 2025," ungkap Jaya. Ia menambahkan bahwa materi presentasinya berjudul "From Trials to Implementation: Advancing the Integration of the Dengue Vaccine in Southeast Asia’s Holistic Prevention Approach." Di dalamnya, ia memaparkan pendekatan komprehensif yang diambil Kaltim untuk mengintegrasikan imunisasi dengan tindakan pencegahan DBD.
Strategi pengendalian demam berdarah yang diterapkan oleh Kaltim melibatkan beberapa langkah yang terkoordinasi, antara lain:
- Imunisasi: Program vaksinasi yang diprioritaskan sebagai bagian dari pencegahan.
- Pemberantasan Sarang Nyamuk: Melakukan pengendalian populasi nyamuk yang menjadi vektor penyebaran DBD.
- Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian DBD.
"Implementasi imunisasi sebagai bagian dari pengendalian demam berdarah di Kalimantan Timur telah menunjukkan dampak signifikan dalam menekan angka kejadian penyakit ini. Kami mengadopsi pendekatan holistik guna mencapai target eliminasi dengue," jelas Jaya.
Forum internasional ini diselenggarakan oleh Asia-Pacific Immunization Coalition (APIC), Asia Dengue Voice & Action (ADVA), dan Centre for Behavioural and Implementation Science Interventions (BISI), bertempat di National University of Singapore. Kehadiran berbagai pakar, termasuk perwakilan dari World Health Organization (WHO) dan akademisi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, meningkatkan bobot diskusi yang berlangsung.
Selain membahas inovasi vaksinasi, seminar ini juga menyoroti tantangan global, seperti perubahan iklim dan resistensi terhadap vaksin. Diskusi mengenai strategi komunikasi dalam menangkal informasi yang salah juga diangkat sebagai bagian dari upaya bersama untuk mengatasi penyakit menular.
Dalam konteks ini, Jaya menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dan penerapan kebijakan berbasis ilmiah sebagai kunci dalam menghadapi ancaman wabah dan pandemi di masa mendatang. "Kehadiran Kalimantan Timur dalam forum internasional ini menunjukkan komitmen kami untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menjalin kerja sama dalam berbagi pengetahuan untuk mengatasi penyakit menular," pungkasnya.
Melalui pembagian pengalaman dan informasi dalam forum internasional ini, Kaltim berharap dapat berkontribusi dalam menciptakan strategi yang lebih efektif dalam pengendalian DBD, sekaligus memperkuat kolaborasi di tingkat regional untuk melawan penyakit menular yang menjadi tantangan bersama.