Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengonfirmasi bahwa Kanada telah mengajukan keluhan resmi terhadap Amerika Serikat (AS) terkait tarif baru yang dikenakan pada barang-barang asal Kanada. Dalam pernyataannya pada Rabu, 5 Maret 2025, WTO menyebutkan bahwa Kanada meminta konsultasi mengenai tindakan tarif yang dinilai tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian internasional.
Cindy Ducker, seorang pejabat WTO, menjelaskan, "Kanada berargumen bahwa bea masuk ad valorem tambahan sebesar 25 persen untuk semua barang non-energi dan 10 persen untuk barang-barang energi dari Kanada adalah melanggar Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) tahun 1994 serta Perjanjian Fasilitasi Perdagangan WTO." Keputusan ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif yang signifikan tersebut pada 1 Februari 2025.
Tarif yang diberlakukan oleh AS mencakup berbagai produk yang diimpor dari Kanada dan Meksiko, dengan fokus pada upaya untuk melindungi pasar domestik. Namun, keputusan ini langsung dibalas oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, yang menyebut tindakan AS sebagai bentuk perang dagang. Trudeau mengumumkan bahwa Kanada akan memberlakukan tarif balasan terhadap barang-barang AS senilai US$ 107 miliar.
Ketegangan diplomatik ini terus meningkat, dengan Trump awalnya menangguhkan penerapan tarif selama sebulan pada 3 Februari 2025 untuk memberikan kesempatan kepada Kanada dan Meksiko dalam melaksanakan langkah-langkah peningkatan keamanan perbatasan. Namun, setelah periode suspensi berakhir, tarif tinggi tersebut mulai berlaku secara resmi pada 4 Maret 2025.
Berikut adalah rincian terkait tarif yang dikenakan oleh AS dan tanggapan Kanada:
- Tarif 25 persen: Diterapkan pada semua barang non-energi yang diimpor dari Kanada dan Meksiko.
- Tarif 10 persen: Diterapkan pada barang-barang energi yang berasal dari Kanada.
- Tanggapan Kanada: Kanada merencanakan balasan tarif yang setara terhadap barang-barang AS, sebagai respons terhadap bea masuk yang dianggap merugikan perekonomian mereka.
Kenyataan bahwa kedua negara adalah mitra dagang utama dalam konteks perjanjian perdagangan bebas memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Banyak analis ekonomi memprediksi dampak negatif yang signifikan baik bagi Kanada maupun AS jika konflik tarif ini terus berlanjut.
Dalam pernyataannya, Trudeau menekankan pentingnya hubungan perdagangan yang adil dan berkelanjutan, dan bahwa Kanada siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi ekonomi dan industri mereka. Sementara itu, para ahli perdagangan menyebutkan bahwa langkah-langkah ini mungkin hanya memperburuk situasi dan bisa berujung pada pengetatan lebih lanjut dari ekonomi global.
Ketika ditanya tentang potensi dampak dari langkah-langkah ini, banyak pelaku bisnis mengungkapkan keprihatinan mereka. Tarif tinggi dapat menyebabkan peningkatan harga barang di pasar domestik, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi daya beli konsumen. Hal ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi di kedua negara.
Mengingat kompleksitas dari isu perdagangan internasional ini, banyak yang berharap bahwa konsultasi yang diminta oleh Kanada di WTO dapat membantu mengurangi ketegangan dan menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak. WTO sendiri berperan penting dalam menyediakan platform bagi negara-negara untuk menyelesaikan sengketa perdagangan secara damai.
Keputusan untuk melanjutkan atau menarik tarif yang diperdebatkan ini tidak hanya akan memengaruhi ekonomi kedua negara, tetapi juga dapat memberikan sinyal bagi negara-negara lain yang terlibat dalam perdagangan internasional. Dengan demikian, penting bagi kedua belah pihak untuk melakukan dialog dan berupaya mencari solusi yang saling menguntungkan dalam rangka menciptakan stabilitas di pasar global.