Indonesia

Kasus PMK di Klaten Meningkat, 1.236 Sapi Telah Divaksinasi!

Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan informasi terbaru dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, jumlah sapi yang teridentifikasi sebagai suspek PMK bertambah lima ekor, sehingga totalnya kini mencapai 271 ekor. Penambahan ini berasal dari dua ekor sapi milik peternak di Desa Kayumas, Kecamatan Jatinom, dan tiga ekor dari Desa Sengon, Kecamatan Prambanan.

Menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Klaten, Triyanto, kasus PMK ini kini tersebar di 20 dari 26 kecamatan yang ada di Klaten. Kecamatan Jatinom menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yakni 37 ekor, diikuti oleh Kecamatan Cawas dengan 35 ekor, dan Kecamatan Wedi yang tercatat 30 ekor sapi terjangkit. “Situasi ini menjadi perhatian serius bagi kami, dan pengobatan untuk ternak sapi yang terjangkit dilakukan secara langsung oleh tim kami,” ungkap Triyanto saat konferensi pers pada Senin (27/1).

Untuk penanganan, DKPP Klaten telah menggerakkan tim kesehatan hewan yang melakukan pengobatan secara door-to-door ke rumah-rumah serta kandang ternak yang terinfeksi. “Pengobatan untuk sapi yang terserang PMK dilakukan tiga kali hingga sapi tersebut dinyatakan sembuh. Sejak awal tahun 2023 hingga saat ini, kami mencatat sebanyak 4.441 sapi telah berhasil sembuh setelah menjalani pengobatan,” tambah Triyanto.

Di tengah peningkatan kasus ini, DKPP juga mempercepat pelaksanaan vaksinasi PMK di lima kecamatan yang teridentifikasi rawan, yaitu Karangnongko, Jogonalan, Jatinom, Trucuk, dan Kecamatan Kota. Proses vaksinasi ini mulai dilaksanakan sejak 20 Januari 2023, dan hingga saat ini, sebanyak 1.236 sapi telah berhasil divaksinasi. “Klaten sendiri mendapatkan bantuan vaksin sebanyak 3.000 dosis untuk menangani situasi ini,” kata Triyanto.

Pentingnya vaksinasi ini tidak bisa dilebih-lebihkan, mengingat PMK merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kerugian besar pada peternakan sapi. Penyebaran virus PMK dapat terjadi melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan hewan sehat, serta melalui peralatan atau benda lain yang terkontaminasi.

Dalam upaya pencegahan lebih lanjut, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan setiap gejala yang terlihat pada sapi mereka. Gejala awal PMK meliputi demam tinggi, lesu, dan munculnya luka di mulut serta kuku. Jika tidak ditangani segera, PMK dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak yang terinfeksi, serta berdampak signifikan pada pendapatan peternak.

Selain itu, pemerintah daerah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, serta menghindari pergerakan ternak dari daerah terjangkit ke daerah lain tanpa pemeriksaan kesehatan yang jelas. Langkah-langkah pencegahan ini diharapkan dapat meminimalisir penyebaran PMK dan melindungi sektor peternakan di Klaten.

Dalam situasi yang menantang seperti ini, kolaborasi antara pemerintah, peternak, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga kesehatan hewan ternak dan keberlangsungan usaha peternakan. Vaksinasi merupakan salah satu langkah pencegahan yang krusial dalam melawan ancaman PMK, dan diharapkan dapat mempercepat pemulihan populasi sapi sehat di Klaten.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button