Kebutuhan Uang Tunai Tinggi, Transaksi ATM Melonjak 15%!

Kebutuhan akan uang tunai tetap menunjukkan tren positif meskipun masyarakat semakin beralih ke sistem pembayaran nontunai. Data terbaru menunjukkan bahwa transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengalami kenaikan signifikan. Selama bulan Februari 2025, nilai transaksi di ATM tercatat meningkat lebih dari 15 persen, dan tren ini diprediksi akan terus berlanjut seiring mendekatnya momen Lebaran. Hal ini menjelaskan bahwa meskipun penggunaan sistem pembayaran digital semakin meluas, uang tunai tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang selama periode-periode tertentu, terutama saat Lebaran.

Argabudhy Sasrawiguna, Direktur Operations PT Jalin Pembayaran Nusantara, menegaskan pentingnya peranan uang tunai dalam masyarakat. Dalam acara buka puasa bersama media yang diadakan di Jakarta, ia menyatakan, "Apakah transaksi cash akan berkurang? Saya rasa tidak. Kebutuhan akan uang tunai masih akan tinggi, apalagi selama periode Lebaran." Kenaikan transaksi di ATM ini diperkirakan berkorelasi erat dengan peningkatan pergerakan masyarakat, khususnya menjelang musim mudik.

Dari hasil survei Kementerian Perhubungan, diperkirakan sekitar 146 juta orang akan melakukan perjalanan mudik. Melihat angka tersebut, para ahli proyeksi bahwa perputaran uang selama periode Lebaran 2025 dapat mencapai Rp 180 triliun. Dari total tersebut, rincian penggunaan dana diperkirakan sebagai berikut:

  1. 34% untuk akomodasi dan transportasi
  2. 25% untuk kebutuhan makanan dan minuman
  3. 17% untuk produk fesyen
  4. 13% untuk pariwisata dan liburan
  5. 11% untuk kategori lainnya

Peluang besar untuk pertumbuhan perputaran uang tunai dan transaksi di ATM ini salah satunya didorong oleh kebutuhan masyarakat untuk kelancaran selama dalam perjalanan mudik. Terlebih lagi, angka 36,6 juta pemudik diprediksi akan menuju Jawa Tengah, yang menunjukkan konsentrasi perjalanan di wilayah tertentu.

Jalin, yang mengelola lebih dari 50.000 jaringan ATM dan CRM Link, telah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi lonjakan transaksi ini. Langkah-langkah persiapan dilakukan sebelum bulan Ramadan dan akan berlanjut hingga Lebaran. Periode kritis antara 24 Maret hingga 7 April 2025 diprediksi menjadi waktu tersibuk, dengan pengawasan ketat untuk memastikan layanan ATM tetap stabil dan memadai.

Di sisi lain, meskipun banyak yang memilih untuk menggunakan pembayaran nontunai, fakta bahwa masyarakat tetap memerlukan uang tunai untuk kebutuhan sehari-hari selama periode tertentu menunjukkan bahwa sistem keuangan yang sepenuhnya cashless masih memiliki tantangan untuk dihadapi. Ketergantungan pada uang tunai pada saat-saat tertentu, terutama oleh segmen masyarakat yang lebih memilih cara tradisional bertransaksi, menjadi salah satu alasan mengapa pengelolaan ATM tetap relevan.

Dalam upaya untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai perilaku pengguna, Argabudhy juga menambahkan bahwa riset dan survei lebih lanjut akan dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat mengenai preferensi masyarakat terhadap tranformasi sistem pembayaran, termasuk kebiasaan penggunaan uang tunai. Ke depannya, mereka akan terus memantau situasi untuk merespons perubahan yang terjadi di lapangan.

Dengan semua pelanggan yang bertransaksi melalui ATM, jelas bahwa keberadaan uang tunai dan sistem ATM masih memegang peranan penting dalam perekonomian negara. Peningkatan transaksi yang terus terjadi dapat menggambarkan sebuah keseimbangan yang akan tetap eksis antara cara-cara pembayaran tradisional dan modern.

Berita Terkait

Back to top button