
Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza pada Selasa dini hari, mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang mencengangkan, termasuk ratusan warga sipil yang tewas. Menurut Menteri Kehakiman Palestina, Mahmoud Al-Habbash, sekitar 500 warga Palestina dilaporkan tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan ini. Serangan tersebut tidak hanya menyasar Gaza, tetapi juga Tepi Barat, dalam konteks upaya gencatan senjata yang telah direncanakan.
Menurut organisasi kemanusiaan MER-C, serangan di utara Gaza yang terjadi menjelang waktu sahur tersebut menewaskan belasan orang, yang selanjutnya dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia untuk mendapatkan perawatan medis. Insiden ini telah memicu kecaman dari masyarakat internasional dan merangsang seruan untuk tindakan lebih lanjut.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, mengutarakan keprihatinannya mengenai serangan ini, dengan menyatakan bahwa serangan udara Israel semakin menambah tragedi di kawasan tersebut. Turk menegaskan bahwa "mimpi buruk" di Gaza harus segera diakhiri dan menyerukan penyelesaian politik sebagai satu-satunya jalan keluar dari krisis yang terus berlangsung.
Palestina sendiri telah meminta intervensi internasional untuk menghentikan serangan yang mereka klaim sebagai genosida terhadap rakyat mereka. Perwakilan Palestina menekankan bahwa serangan terhadap warga sipil ini menghambat upaya internasional untuk rekonstruksi Gaza dan mendesak solusi politik yang komprehensif.
Berbagai negara juga turut memberikan respons tegas terhadap serangan tersebut:
Mesir mengutuk serangan Israel dan menyebutnya sebagai pelanggaran jelas terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah ada. Kementerian Luar Negeri Mesir menolak semua tindakan yang dapat memperburuk ketegangan regional.
Spanyol, melalui Menteri Luar Negeri Jose Manuel Albares, mengecam kekerasan yang dianggap "tanpa pandang bulu" tersebut, dan menyerukan gencatan senjata permanen serta akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Albares menegaskan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan dan bertentangan dengan hukum humaniter internasional.
China juga telah menyerukan agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di Gaza. Mereka berharap agar perjanjian gencatan senjata dapat diperkuat dan mendesak semua pihak untuk mengimplementasikan kesepakatan yang ada demi mencegah lebih banyak korban jiwa.
Indonesia mengecam serangan terbaru Israel dan mengungkapkan kekhawatiran besar terhadap angka korban yang mencakup wanita dan anak-anak. Kementerian Luar Negeri Indonesia menekankan bahwa agresi ini berpotensi mengganggu upaya negosiasi damai serta menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan.
- Malaysia menyatakan bahwa rezim Zionis tidak serius dalam mencapai perdamaian dengan Palestina. Kementerian Luar Negeri Malaysia menilai bahwa serangan tersebut merupakan tindakan brutal yang jelas melanggar perjanjian gencatan senjata. Mereka menegaskan bahwa tindakan yang mengakibatkan kematian warga sipil, termasuk anak-anak, perempuan, dan pekerja kemanusiaan adalah bentuk kejahatan perang dan genosida.
Serangan ini semakin mempertegas kekhawatiran global mengenai genosida di Jalur Gaza. Banyak negara dan organisasi internasional menyerukan perlunya tindakan kolektif untuk menghentikan kekerasan dan melindungi hak asasi manusia di wilayah tersebut. Kondisi yang semakin memprihatinkan ini menjadi cerminan dari kompleksitas konflik yang telah berlangsung lama antara Palestina dan Israel, dan menjadi sorotan dalam perdebatan aktif mengenai cara terbaik untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Sebaran berita tentang tragedi ini kini menggema di seluruh dunia, menuntut perhatian dan tindakan konkret dari para pemimpin global.