
Enam hari setelah insiden tragis yang mengakibatkan tiga anggota polisi tewas akibat tembakan oknum anggota TNI di Way Kanan, Lampung, keluarga korban menuntut agar pihak pelaku segera diadili dalam sidang militer. Keluarga mendesak agar oknum TNI yang terlibat dalam kasus penembakan ini ditetapkan sebagai tersangka dan mendapatkan hukuman yang setimpal, termasuk kemungkinan hukuman mati bagi kedua pelaku.
Insiden tersebut terjadi pada Sabtu, 17 Maret 2025, saat para anggota polisi melakukan penggerebekan terhadap perjudian sabung ayam di Desa Karang Manik, Kecamatan Negara Batin. Tiga orang polisi yang kehilangan nyawa dalam kejadian ini adalah Aipda Anumerta Petrus Apriyanto, Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda M. Ghalib Surya Ganta. Keluarga mendiang Petrus Apriyanto, Mirdawiani, mengekspresikan kesedihannya yang mendalam, mengingat suaminya adalah pencari nafkah dan ayah dari putra mereka yang masih berusia enam bulan.
“Dari awal saya merasa ini merupakan perbuatan keji. Saya minta kedua oknum TNI yang terlibat segera ditetapkan sebagai tersangka,” ungkap Mirdawiani. Dia menambahkan bahwa sidang militer terbuka harus dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui fakta sebenarnya terkait insiden ini, dan menolak segala tuduhan yang mengaitkan suaminya dengan praktik perjudian.
Mirdawiani menegaskan bahwa tuduhan yang menyebut ada setoran hasil judi sabung ayam kepada ketiga polisi adalah fitnah yang sangat menyakitkan bagi keluarga. “Informasi itu sangat tidak benar dan mencemarkan nama baik suami saya,” ujarnya dengan nada penuh emosi.
Pihak kepolisian, diwakili oleh Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika, mengonfirmasi bahwa seorang warga sipil berinisial Z yang saat ini menjadi tersangka dalam kasus perjudian sabung ayam akan menjadi saksi kunci dalam peristiwa penembakan tersebut. Helmy menyebut bahwa Z hadir di lokasi kejadian atas undangan oknum TNI dan mengetahui peristiwa penembakan yang terjadi.
Berdasarkan keterangannya, Z melaporkan bahwa ia melihat dua oknum TNI berada di lokasi saat penembakan terjadi. Selain itu, ada juga keterangan dari 13 polisi yang terlibat dalam penggerebekan yang menegaskan keberadaan oknum TNI saat insiden berlangsung. Namun, hingga saat ini dua tersangka masih berstatus sebagai saksi dan belum ditetapkan sebagai tersangka.
Masyarakat di sekitar lokasi kejadian juga menggambarkan peristiwa penembakan tersebut sebagai sangat mengerikan. Beberapa saksi menyebutkan mereka mendengar tembakan berkali-kali, menciptakan suasana ketegangan di desa tersebut. Insiden ini tidak hanya memicu perasaan duka di kalangan keluarga korban, tetapi juga membangkitkan perhatian publik yang luas terkait hubungan antara TNI dan penegakan hukum di lapangan.
Dalam perkembangan selanjutnya, isu tentang adanya perlindungan terhadap praktik perjudian sabung ayam juga mencuat, menimbulkan kecurigaan mengenai kemungkinan adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu dalam pelanggaran hukum ini. Respons dari instansi terkait dan penegakan hukum pun semakin dituntut sebagai bentuk transparansi dan keadilan bagi para korban.
Hingga saat ini, keluarga korban masih menunggu kepastian hukum dan proses yang jelas terkait pelanggaran yang dilakukan oleh oknum TNI. Insiden ini menjadi sorotan tidak hanya di Lampung, tetapi juga di tingkat nasional, dengan harapan agar keadilan dapat ditegakkan dan kasus ini tidak menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di Indonesia.